PSK Jebolan Dolly Nyebar ke Pasar Sapi Sidoarjo
Penutupan lokalisasi Dolly belum lama ini tak hanya berimbas pada melubernya pekerja seks sosial (PSK) di wilayah sekitarnya.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA– Penutupan lokalisasi Dolly belum lama ini tak hanya berimbas pada melubernya pekerja seks sosial (PSK) di wilayah sekitarnya. Kabupaten Sidoarjo yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Dolly juga terkena imbasnya.
Sejumlah PSK jebolan Dolly banyak mangkal di wilayah Sidoarjo, terutama di sekitar Pasar Sapi. Hal ini diakui Bupati Sidoarjo Saiful Illah saat mengikuti sidang doktoral terbuka Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Sidoarjo Fenny Apridawati di Fakultas Kedokteran, Unair, Selasa (2/8/2014).
”Saya melihatnya sendiri di sekitar sapi ternyata banyak pedagang kaki lima. Paginya mereka jualan kacang seret, tapi malamnya mereka diseret,”seloroh Saiful Illah yang hadir bersama istrinya.
Mengetahui hal itu, Syaiful Illah lalu menanyai salah satu pedagang tentang kemungkinan mereka mengidap penyakit HIV/AIDS. ”Dan ternyata sudah ada dua orang yang mengidap AIDS. Dua-duanya perempuan, cantik,”sebutnya.
Menyikapi hal ini Syaiful Illah berencana memindahkan pasar sapi tersebut agar tidak dijadikan tameng untuk prostitusi gelap.
”Pasar Sapi akan saya relokasi ke RPH dan lahannya akan saya buat penghijauan atau taman bermain anak-anak sehingga tidak ada PKL yang berdagang di sana sekaligus dipakai tempat prostitusi,”tegasnya.
Sambil menunggu realisasi rencana tersebut, Saiful terus menggelar razia di sekitar lokasi tersebut. Dia memastikan luberan PSK Dolly hanya ada di satu titik tersebut. Sementara wilayah lain belum terdeteksi.
”Saya sudah memantau ke bebaerapa wilayah tidak ada, cuma di Pasar Sapi saja,”tegasnya.
Sementara itu Fenny Apridawati mengakui penutupan lokalisasi memang akan menimbulkan masalah baru, diantaranya meluasnya penularan HIV-AIDS.
Hal itu beralasan karena ketika masih dilokalisir petugas akan mudah untuk mendeteksinya. Beda jika tidak ada lokalisasi, maka petugas sulit mendeteksi.
”Memang penutupan lokalisasi itu seperti buah simalakama. Secara moral dan sosial sangat mulia, tetapi akan memberikan aspek kesehatan yang luar biasa, terutama soal penularan HIV/AIDS,”sebut Fenny.
Hal ini, lanjut Fenny harus menjadi pekerjaan rumah semua pihak, terutama dinas kesehatan. ”Saya sangat menghargai upaya pemerintah menutup Dolly. Tetapi di manapun penutupan lokalisasi mengandung risiko terutama kesehatan," tegas Fenny.
"Pemerintah terutama Dinas kesehatan harus terus memantau dan mengendalikan jika ingin persbaran HIV/AIDS ini tidak meluas,”tambahnya.