Tidak Punya Biaya Untuk Berobat Akhirnya Sabina Meninggal Dunia
Sabina Nule yang terpaksa harus pulang ke rumah dalam kondisi kritis, lantaran sudah tidak ada biaya lagi untuk membeli obat
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM KEFAMENANU,-- Sabina Nule yang terpaksa harus pulang ke rumah dalam kondisi kritis, lantaran sudah tidak ada biaya lagi untuk membeli obat di apotek luar Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kefamenanu, akhinya meninggal pada Minggu (14/9/2014) sore .
Sabina sendiri sempat menjalani perawatan medis di RSUD Kefamenanu selama dua minggu, namun karena sudah tidak ada lagi uang untuk beli obat, maka dia terpaksa pulang ke rumahnya, Selasa (9/9/2014) lalu.
Hal itu disampaikan Anggota DPRD kabupaten TTU, Agustinus Siki ketika menghubungi Kompas.com dari Kefamenanu, Minggu (14/9/2014) malam. Menurut Agustinus, kondisi Sabina memang terus menurun setelah keluar dari rumah sakit.
“Setiap hari dia hanya tidur saja, karena makan dan minum susah sekali. Penyebabnya yakni tenggorokannya yang sakit, kita sekarang hedak melayat ke rumah duka,” kata Agustinus singkat.
Diberitakan sebelumnya, Sabina Nule, pasien radang tenggorokan Rumah Sakit Umum (RSU) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, yang menjalani perawatan medis di bangsal wanita kelas III, terpaksa harus pulang ke rumah dalam kondisi kritis lantaran sudah tidak ada biaya lagi untuk membeli obat di apotek luar rumah sakit.
Anggota DPRD Kabupaten TTU, Agustinus Siki ketika dihubungi Kompas.com dari Kupang, Kamis (11/9/2014) malam mengatakan, Sabina Nule sudah dirawat di rumah sakit sejak dua pekan lalu, namun karena uangnya telah habis, terpaksa harus pulang ke rumahnya di Desa Oelbonak, Kecamatan Bikomi Tengah, Selasa (9/9/2014) kemarin.
“Kemarin sore sekitar pukul 15.00 Wita, saya mendapat kabar kalau Sabina telah meninggal dunia sehingga saya langsung ke rumahnya. Begitu saya sampai rumahnya, ternyata dia (Sabina) hidup kembali. Informasi yang saya peroleh dari suaminya bahwa Sabina meninggal selama kurang lebih 17 jam, dari pukul 04.00 Wita dinihari sampai pukul 21.00 Wita usai keluar dari rumah sakit,” jelas Agustinus.
Menurut Agustinus, selama dua minggu Sabina dirawat, setiap hari selalu diberi resep oleh dokter untuk beli obat di apotek luar rumah sakit. Karena sudah tak punya uang lagi, ia bersama suaminya sepakat untuk pulang.
Suami Sabina yang berpenghasilan dari petani lahan kering tak kuat untuk membiayai pengobatan istrinya.
“Ini biasanya pasien rumah sakit kalau pulang rumah karena sudah sembuh dari penyakit. Tetapi di RSUD TTU, pasien yang kritis justru yang minta pulang dari rumah sakit. Sehingga kita minta pemerintah dalam hal ini pihak rumah sakit segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi persoalan ini karena kelangkaan obat di rumah sakit ini sudah berlangsung selama 9 bulan,” tegas Agustinus.