Mewahnya Rumah Wakil Kajati Sulsel di Lampung
Kadarsyah menjabat Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulsel medio awal 2013 jadi sorotan karena disebut menerima suap mobil mewah dari tersangka Jen Tang
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Kadarsyah menjabat Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Sulsel medio awal 2013. Kini, dia menjadi sorotan karena disebut menerima suap mobil mewah dari tersangka Jen Tang.
Pria kelahiran Lampung ini, dilantik menjadi pembantu Jaksa Agung Muda (JAM) Pidana Umum Hamzah Tadja dengan jabatan Koordinator Jaksa di Jam Pidum Kejagung 12 Maret 2012 lalu.
Sebelumnya, Kadarsyah "dipromosi" sebagai jaksa tiga bunga senior sebagai Aspidum di Kejati kelas A Jawa Tengah di Semarang.
Setahun setelah itu, dia dilantik menjadi jaksa 'jenderal bintang satu" sebagai Wakajati Sulsel menggantikan Sugeng Pujianto yang dipromosi jadi Kepala Kejati Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram.
Saat naik pangkat jadi "jenderal jaksa" itulah, Kadarsyah mulai "bergaul" ke tetangganya di sebuah kompleks perumahan kelas menangah kota di Jl Way Umpu, No 23, Pahoman, Kecamatan Enggal, Bandar Lampung.
"Pernah sih sekali waktu dulu dia diangkat jadi Wakajati, kira-kira setahun lalu. Saya dan warga diundang makan-makan, Pak Kadar pesta lah, banyak orang," kata Ketua RT 07, RW I, Pahoman, Enggal, Jumain (43), kepada Tribun Lampung (Tribunnews.com Network), Rabu (1/10/2014) siang.
Kadarsyah tercatat jadi warga Pahoman,tahun 2012, atau saat menjabat Aspidum di Kejati Jateng. Saat itu, di Semarang dia juga menangani kasus reklamasi pantai yang melibatkan pengusaha dengan PT Pelabuhan Indonesia setempat.
Namun setelah open house itu, rumah berpagar tinggi itu kembali tertutup. Kadarsyah jarang berinterkasi dengan tetangga.
Rumah berornamen khas Lampung lengkap dengan siger dan siku-siku etnik itu terlihat lengang. Pagar gerbang setinggi kurang lebih dua meter tertutup rapat.
Pagar itu juga dilapisi oleh pelat sehingga tidak bisa melihat ke dalam rumah. Lubang intip yang ada di pagar itu pun terkunci. Tidak ada bel untuk memanggil.
Dari kejauhan rumah megah bak istana ini seperti tidak ada kehidupan. Lebih dari lima kali Tribun Lampung mengetuk pagar, mencoba memanggil penghuni rumah, tetapi tidak ada tanggapan.
Sebuah kamera CCTV terpancang di tiang dekat pagar gerbang. Satu-satunya alat interaksi hanyalah "lubang kotak surat" di pagar bagian tengah, bukan di dekat pintu gerbang pagar, seperti mail box rumah kebanyakan.
Rohaya, Pamong RT 07, Lingkungan I, Pahoman mengatakan dalam keseharian keluarga Kadarsyah tidak banyak bergaul.
Sepengetahuannya, Kadarsyah punya tiga anak, dua laki-laki dan seorang anak perempuan.
"Sehari-harinya memang jarang, bahkan tidak pernah kelihatan, begitu pun anaknya," kata dia.
Di kalangan rekan kerjanya semasa bertugas sebagai Kepala Seksi Pidana Umum (Kasipidum) Kejaksaan Negeri (Kejari) Bandar Lampung, Kadarsyah dikenal on time dan tegas dalam pembawaannya.
"Pak Kadarsyah saya sudah kenal sejak tahun 1998. Saat itu dia masih jadi jaksa fungsional di sini (Kejari Bandar Lampung). Orangnya tepat waktu, dan pembawaannya tegas, jadi kami juga hormat sama dia," kata staf yang mengaku sudah bertugas di Kejari Bandar Lampung sejak 1993 tersebut.
Ia menuturkan, sekitar tahun 2000 Kadarsyah dipindahtugaskan dan naik menjadi Kepala Cabang Kejari (Kacabjari) Gunung Sugih (sekarang Kejari Gunung Sugih, Lampung Tengah). Baru di tahun 2002, Kadarsyah kembali ke Kejari Bandar Lampung dan menjabat menjadi kasipidum.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.