Inilah Kisah di Balik Tenggelamnya Kapal Jabal Nur
Bagaimana mau bahagia. Mereka sedang berharap-harap cemas menunggu kepastian nasib Ahmad Yani dan keluarganya yang diberitakan terombang-ambing di ten
TRIBUNNEWS.COM, BULELENG - Tenda biru telah terpasang di rumah Mas’ud, Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Selasa (7/10) pagi.
Di bawah tenda yang sudah dihiasi janur kuning itu sejumlah meja kursi sudah tertata rapi.
Tenda, jamur dan meja kursi yang tertata rapi itu menandakan si empunya rumah sedang punya gawe. Mas’ud akan menggelar pesta pernikahannya anaknya, Saimah (21) dengan Ahmad Yani (23) warga Kepulauan Ra’as Madura, Jawa Timur.
Tetapi tidak terlihat kegembiraan pada wajah orang-orang yang duduk di bawah naungan tenda itu. Tidak ada suasana bahagia di rumah itu.
Bagaimana mau bahagia. Mereka sedang berharap-harap cemas menunggu kepastian nasib Ahmad Yani dan keluarganya yang diberitakan terombang-ambing di tengah laut.
Rombongan pengantin pria yang berangkat dari Ra’as sejak Senin (6/10) pukul 05.00 WIB tak kunjung datang hingga Selasa pagi. Menurut Mas'ud,rombongan berjumlah 64 orang dewasa dan 15 anak-anak. (Versi lain menyebut 76 orang).
Sedianya, rombongan telah tiba pada hari itu juga pukul 12.00 WITA. Rombongan pengantin itu berangkat naik, PLM (perahu layar motor) Jabal Nur, milik Maung, kakek Yani.
Rencananya mereka akan merapat di Pelabuhan Pemuteran, Buleleng.
Di dalam kamar pengantin, Saimah resah menanti kabar tentang calon suaminya. Dalam perjalanan, Yani memang sempat berkabar lewat SMS.
Pada SMS pertama, Yani mengatakan angin laut sedang kencang dan ombak besar beberapa kali menghantam kapal yang ditumpanginya. Diperkirakan, waktu itu posisi PLM Jabal Nur berada di sekitar perairan Banyuwangi dan Situbondo.