Asosiasi Sepakati Harga Karet
Produksi karet Indonesia masih sangat tergantung pada fluktuasi harga karet dunia karena sebagian masih diekspor
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Produksi karet Indonesia masih sangat tergantung pada fluktuasi harga karet dunia karena sebagian masih diekspor. Seperti dikatakan Edy Irwansyah, Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), lokal hanya menyerap sekitar 15 persen dari keseluruhan produksi karet dalam negeri.
Mau tidak mau, Indonesia harus kompak dengan negara-negara penghasil karet lainnya seperti Thailand dan Malaysia untuk menyepakati harga agar harga karet tidak terlalu rendah di pasar global.
Karena itu, Gapkindo menghadiri panggilan Ketua Eksekutif International Rubber Consortium (IRCo) bersama empat ketua asosiasi perdagangan karet, yakni Thai Asosiasi Karet (TRA), Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Malaysia Rubber Board (MRB), Vietnam Rubber Association (VRA), dan Association for Rubber Development of Cambodia (ARDC) pada Jumat (10/10) di Melaka, Malaysia.
Lemahnya situasi pasar karet saat ini sebut Edy menjadi pembahasan utama. "Situasi pasar karet alam sangat lemah saat ini. Harga karet alam (NR) bahkan lebih rendah dari biaya produksinya," ujarnya, Selasa (14/10/2014).
Selain itu, untuk mempertimbangkan bagaimana mengelola harga karet alam di tingkat yang wajar bagi produsen dan konsumen. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.