Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menjaga Ketahanan Pangan di Jember Melalui Klaster

"Juga untuk inklusi keuangan. Karena klaster ini menggandeng UMKM, kelompok tani, juga petani, tentu akan dikenalkan transaksi dan tata kelola keuanga

zoom-in Menjaga Ketahanan Pangan di Jember Melalui Klaster
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
PAMERAN SAYUR DAN BUAH - Pengunjung melihat-lihat beragam sayuran segar 

TRIBUNNEWS.COM,JEMBER - Sebagai sentra pertanian pangan di Jawa Timur, Kabupaten Jember memiliki sejumlah komoditas pertanian unggulan. Ketika disebut beras, ingatan akan merujuk kepada kabupaten berjarak 200 Kilometer dari pusat ibukota Provinsi Jatim, Surabaya tersebut.

Selain beras, komoditas pertanian yang menonjol adalah cabe. Jember menjadi kawasan lima besar sentra penghasil cabe di Jatim.

Kebetulan juga, dua komoditas itu merupakan komoditas pokok orang Indonesia. Cabe tidak masuk dalam komponen Sembako, namun pencecap rasa orang Indonesia akan protes jika masakannya tidak ada rasa pedas yang dihasilkan cabe. Sehingga bisa dibilang, cabe juga masuk dalam kebutuhan pokok yang harus ada di dapur orang Indonesia.

Di sisi lain, dua komoditas ini juga yang juga bisa memicu inflasi. Sehingga tidak aneh, Bank Indonesia yang bertugas memelototi inflasi di tanah air, harus mewaspadai pergerakan harga dua komoditas itu.

Untuk mengendalikan inflasi, ada sejumlah cara dilakukan BI. Salah satu cara yang saat ini digalakkan adalah pengembangan klaster. BI Wilayah Jember yang memiliki wilayah kerja Lumajang, Jember, Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso, terbilang cukup banyak memiliki klaster.

Klaster merupakan bentuk kerjasama dan binaan BI dengan sejumlah kelompok atau petani yang berkecimpung di komoditas tertentu. BI Jember telah memiliki klaster kopi, beras organik, padi, sapi perah, dan terbaru adalah klaster cabe segar. Ada tiga tujuan pembentukan klaster yakni ketahanan pangan, orientasi ekspor, dan inklusi harga.

Ketahanan pangan itu untuk menjaga posisi pasokan, harga dan buntut-buntutnya inflasi.

Berita Rekomendasi

Sedangkan orientasi ekspor pastinya untuk menambah cadangan devisa.

"Juga untuk inklusi keuangan. Karena klaster ini menggandeng UMKM, kelompok tani, juga petani, tentu akan dikenalkan transaksi dan tata kelola keuangan, juga perbankan," ujar Deputi Pemimpin Bank Indonesia Jember Dwi Suslamanto kepada Surya(Tribunnews.com Network) , Rabu (15/10/2014) Klaster kopi di Bondowoso mengawali program klaster di BI Jember.

Klaster kopi arabika dan robusta tersebut kini telah diikuti oleh 1.261 petani dan 37 kelompok tani / unit pengolah sipil.

Bahkan kopi binaan BI dan sejumlah instansi tersebut telah diekspor dalam bentuk
coffee bean (OC).

37 UPH itu juga melayani kopi bubuk untuk pasar lokal. Kemudian klaster beras organik. BI membangun klaster untuk komoditas ini di sejumlah kabupaten yakni Lumajang, Bondowoso, Banyuwangi, dan akan menyusul di Jember.

Untuk di Banyuwangi, beras organik yang dikembangkan tidak hanya putih namun juga merah dan hitam.

Klaster beras organik di Lumajang melibatkan 334 orang petani dan tiga kelompok tani, sedangkan di Bondowoso melibatkan 80 orang petani dan dua kelompok tani, sedangkan di Banyuwangi melibatkan 80 orang petani.

Halaman
123
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas