Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ribuan Ton Gula Hasil Giling Menumpuk di Pabrik PG Gempol Kerep

"Selama 30 tahun saya bekerja di PG. Baru kali ini saya menemukan situasi sulit. Tak ada yang mau membeli gula kami. Gula terus menumpuk di pabrik. In

zoom-in Ribuan Ton Gula Hasil Giling Menumpuk di  Pabrik PG Gempol Kerep
(Tribunnews/Hendra Gunawan)
Gula pasir lokal 

PG Gempol Kerep membawahi 33 koperasi petani. Mereka berada di Lamongan, Jombang dan Mojokerto.

Dari para kelompok tani ini dihasilkan tebu sebanyak 10,8 juta kwintal. Tahun ini, rendemen (kadar gula dalam tebu) tebu relatif bagus.

Meski diakui kemarau panjang sangat berpengaruh. Rendemennya masih  7,9 persen. Target rendemen adalah 8,3 persen.

Rendemen ini masih lebih baik dibanding tahun lalu yang hanya 7,2 persen.

"Salah satu penyebab situasi sulit ini adalah pemerintah yang malah mengimpor gula. Membanjirnya gula impor inilah muaranya. Lha harga gula impor Rp 6.000," kata Syamsu.

Karyawan PG Mulai Jualan Gula

Dengan situasi sulit yang dialami sekarang, hampir seluruh karyawan PG terkena dampak langsung. Saat ini, para karyawan di PG Gempol Kerap harus mau jualan gula. Selain untuk "menyingkirkan" tumpukan ribuan ton gula di pabrik, juga untuk mendapatkan suntikan dana segar. Operasional pabrik dan gaji karyawan juga sangat bergantung dengan hasil lelang gula.

Berita Rekomendasi

Karena melalui mekanisme lelang tidak membuahkan hasil, kini PG Gempol Kerap setengah memaksa karyawannya sendiri untuk ikut mengurangi tumpukan gula di PG. "Ya mereka teman-teman karyawan kini harus jualan sendiri gulanya. Saya sudah tawar-tawarkan ke pihak ketiga," kata Syamsu.

Bahkan harga jual gula ini juga relatif rendah. PG Gempol Kerep mematok harga Rp 8.100 per kilogram. Namun harga ini berlaku untuk minimal pembelian minimal 50 ton. Ini pula yang sudah dilakukan Syamsu sendiri, menawarkan ke semua pihak yang mau.

Saat ini, sebanyak 1.300 karyawan di PG terus dipacu untuk ikut membantu mengatasi situasi sulit. Karyawan juga mengaku baru kali ini harus ikut jualan gula. Diakui Samsu bahwa mati hidupnya PG bergantung stabil dan anjloknya harga gula. Roda perputaran PG sangat bergantung ini.

Apa pun situasinya, Syamsu menegaskan tidak boleh menyerah dengan situasi saat ini. Sekarang sudah banyak gula yang laku melalui karyawan. Melibatkan karyawan menjual gula adalah bagian dari  berwira usaha. Menjual dan mencari chanel.

Syamsu berharap banyak dengan pemerintahan baru nanti. "Jika situasi terus sulit begini, akan mengancam kehidupan para karyawan. Malah bisa-bisa para karyawan ini digaji dengan gula. Sebaiknya memang impor gula dihentikan," kata Syamsu.

Saat ini, biaya produksi di tingkat petani sangat tinggi. Wajar jika petani saat ini menjerit dengan harga gula yang di luar nalar. Untuk bisa mengembalikan ongkos produksi, mulai tanam hingga tebang. Harga Rp 8.300 adalah harga ideal.

Tidak saja gula impor yang akan mengancam prikehidupan industri gula dan petani. Ada ancaman serius terkait kecukupan kebutuhan gula dalam kurun waktu mendatang. Mojokerto yang saat ini terbangun jalan tol menjadi ancaman serius lenyapnya lahan pertanian. Pembangunan perumahan sampai gudang dan industri sudah di depan mata.
Ancaman tol. Berimbas pada pabrik

Halaman
123
Tags:
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas