Ratusan Ribu Biota Sungai Pangkajene Mati
Ikan, udang, kepiting, belut, dan biota yang ada di sungai utama yang membelah ibukota kabupaten ini, mengapung lalu mati mendadak
Editor: Budi Prasetyo
Abaikan Imbauan Dinas, Warga Tetap Konsumsi Ikan
TRIBUNNEWS.COM. PANGKAJENE-- Warga di bantaran Sungai Pangkajene, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), sekitar 52 km utara Kota Makassar, sejak Sabtu (8/11/2014) hingga Minggu (9/11/2014) kemarin, dihebohkan dengan kejadian alam langka. Ikan, udang, kepiting, belut, dan biota yang ada di sungai utama yang membelah ibukota kabupaten ini, mengapung lalu mati mendadak di permukaan sungai, sepanjang +29,2 km itu.
Imbuan Kepala Dinas Perikanan Pangkep M Natsir Sulaiman, untuk tidak mengkonsumsi biota air payau ini, Sabtu lalu, diabaikan warga.
Nelayan, anak-anak, ibu rumah tangga, dan warga di bantaran utara dan selatan sungai, tetap menjaring ikan yang masih 'pingsan' lalu mengkonsumsinya.
Di muara sungai, fenomena alam laiknya ikan diracun ini terjadi sabtu sekitar pukul 13.00 wita. "PAs air bonang (pasang)" kata Endang (35), ibu rumah tangga di kampung Toli-toli, Tekonglabbua, Pangkajene, kemarin.
Sedangkan di Kampung Tumampua dan Mattoangaing sekitar 3 km timur muara sungai, melihat dengan mata kepala kejadian itu sekitar pukul 17.20 Wita.
"Pas habis hujan sedikit, udang udang naik semua, loncat2 ke pinggir " kata Bachtiar, warga Jl Kemakmuran, Mattoanging, Pangkajene.
Hingga Minggu pagi, Sungai Pangkajene tak ubahnya tambak yang lagi panen ikan. Makhluk air yang biasanya ditangkap dengan pancing, jaring, atau jala sejak kemarin siang, cukup ditangkap dengan ember, tangan, atau sarung yang dibentang.
"Saya sudah 60 tahun lahir dan besar di kampung Solo, tapi baru kali ini ikan naik semua, seperti minta ditangkap," kata Zainuddi , warga Dusun Solo, Desa Bucinri, Bungoro, di ujung barat muara sungai pangkajene, Minggu (9/11/2014) pagi.
Zain yang bekerja sebagai nelayan di muara sungai ini, sejak Sabtu kemarin, tak melaut. Dia dan puluhan tetangganya, cukup menyediakan jaring sederhana untuk menangkap udang windu, kepiting bakau, ikan kerapu, baramundi, dan ikan muara lainnya.
Zainuddin mengaku fenomena alam ini menguntungkannya, namun dia khawatir, setelah bencana ini, dia akan kehilangan mata pencabariqn untuk waktu yang panjang. "Kalau ikan yang besar saja yang mengapung, ini berkah, tapi ini bayi ikan pun dan ambari (ebi) juga mati semua," katanya.
kekahawatiran serupa juga dialami nelayan Hasan (54) dan Amir (42).
Warga Kampung Tolo-toli, Desa Tekolabbua, Pangkajene, ini juga sejak 30 tahun terakhir menggantungkan hidup dari hasil tangkapan ikan sungai.
"Mungkin orang kota yg tinggal di mattoanging, Tumampua, dan jagong senang, karena mereka pegawai dan pedagang, tapi kami ini nelayan hidup dari ikan di sungai," kata Hasan, pemilik bagang udang di belakang rumahnya.
Melansir imbauan Kepala Dinas Perikanan M Natsir Sulaiman, Kepala Bidang Budidaya dan Ikan Tangkap DKP Pangkep, M Suburuddin, menyampaikan inbauan itu, Minggu (9/11;2014), menyusul mati mendadaknya ratusan ribu ikan, krustasea dan biota air payau di sungai yang membela kota kabupaten itu, sejak kemarin
"Pak Kadis sampai malam di jagong, tekonglabbua dan Bucinri, mengimbau warga tidak konsumsi dulu ikan dari sana'" katanya kepada Tribun, Minggu siang.
Otoritas perikanan dan budidaya tambak perikanan di kabupaten penghasil bandeng itu, mengkonfirmasikan, kejadian alam langka ini untuk sementara baru dilaporkan terjadi di sungai pangkajene,
Sungai lain di Pangkep, seperti sungai Kalibone, Sungai Male'leng, Sungai Labbakkang' Ma,rang' dan Sungai Segeri, belum ada laporan.
Dia menyebutkan, kemarin tenaga laboratorium dari BPP IKAN air payau provinsi di Mandalle, Pangkep, dan Balai Kesehatan Ikan di Makassar, sudah menerima sampel ikan mati,krustasea, dan kerangkerangan yang diambil dari Sungai Pangkajene. .( baca :Sekitar 93 Siswa Unggulan Pangkajene Terkena Virus Hepatitis Akut
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.