Di Talaud, Beasiswa untuk Anak Malah Diselewengkan Orangtua
tahun 2013 angka anak putus sekolah di Kota Bitung 1200 lebih, dimana pihaknya akan melakukan pendataan kembali untuk tahun 2014.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Manado, Christian Wayongkere
TRIBUNNEWS.COM, BITUNG - BASIC (Better Approach to Service Provision through Increased Capacities in Sulawesi) bekerja sama dengan Dinas pendidikan kota Bitung, Bappeda dan DPRD Bitung menggelar pembelajaran penangan anak putus sekolah, di ruang rapat lantai IV Kantor Wali Kota Bitung, Selasa (11/11/2014).
Kegiatan ini diikuti oleh anggota Basic dari Kabupaten Mitra, Talaud, Sulsel, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten Bombana, dan Bappeda Provinsi serta tuan rumah Kota Bitung.
Menurut Euguene Mantiri Kabid Dikdas di Dikpora Bitung, data tahun 2013 angka anak putus sekolah di Kota Bitung 1200 lebih, dimana pihaknya akan melakukan pendataan kembali untuk tahun 2014.
"Dari pemerintah kami diberikan dana Rp 68 juta untuk pengentasan anak putus sekolah di Bitung, karena tidak pernah habis anak putus sekolah di Kota Bitung," tutur Euguene disela-sela pelaksanaan kegiatan yang menghadirikan pembicara dari Basic, Ir Maurits Mantiri wakil ketua DPRD Bitung, Ferdinand Tangkudung Kadispora Bitung dan Audy Pangemanan kepada Bappeda.
Sementara itu Susana dari Dikpora kabupaten Taluad mengatakan sudah 1 tahun di fasilitasi Basic untuk penanganan anak putus sekolah dengan mencotoh penanganan di kota Bitung.
"Di Talaud perlahan tapi pasti sudah ada program penanganan anak putus sekolah yaitu Taluad Mengajar oleh 20 orang guru lokal dan program penanganan anak putus sekolah," tutur Susana.
Lanjutnya dalam menerapkan program tersebut pihaknya memberikan beasiswa miskin namun sering dililit masalah banyak, orang tua dari siswa penerima bea siswa tidak bertanggung jawab. Harusnya dana beasiswa miskin untuk kepentingan anaknya malah berbalik arah.
"Kemudian putus sekolah di wilayah kami ada 3 kecamatan dibentuk tim. Ada anak putus sekolah umur 16 tahun belum ada ijazah SMP sehingga malu diajak ke sekolah, ada juga yang putus sekolah SMP sudah sangat lama sekali sehingga malu untuk sekolah karena ada yang telah memiliki ciri-ciri fisik tak seperti anak SMP pada umumnya," tandasnya.
Terpisah Ir Maurits Mantiri, satu diantara narasumber dalam acara tersebut mengatakan semua program penanganan anak putus sekolah melalui bantuan Basic akan terbentuk karena berproses.
"Untuk masa depan urusan Tuhan tidak usah takut ajarkan ke anak-anak, seperti di daerah Kalait Mitra masih ada daerah kumuh ada putus sekolah dikreasikan agar mereka mau sekolah jangan putus asadulu, harus digumuli dan arahkan," tutur Mantiri. (crz).