Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kemiskinan di Perbatasan RI - Malaysia, Tuduhan Tidak Nasionalis dan Jawaban Mereka

Kemiskinan masih melanda Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan,di perbatasan RI - Malaysia. Masih ditudung kurang nasionalis. Apa kata mereka?

Editor: Agung Budi Santoso
zoom-in Kemiskinan di Perbatasan RI - Malaysia, Tuduhan Tidak Nasionalis dan Jawaban Mereka
Kompasiana
Ilustrasi kawasan perbatasan RI - Malaysia. 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNNEWS.com, NUNUKAN - Tokoh pemuda Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Lumbis SSos mengatakan, hingga saat ini batas darat antara Republik Indonesia dan Malaysia di kawasan itu masih belum jelas.

Tak heran jika di Sungai Sumantipal dan Sungai Sinapad seringkali muncul persoalan saling menggeser patok perbatasan.

Lumbis menegaskan tidak ada klaim Malaysia terhadap desa-desa di perbatasan Kecamatan Lumbis Ogong.

“Di sana status wilayah yang belum jelas dan batas negara yang belum disepakati secara bilateral oleh kedua belah pihak atau dengan istilahnya Outstanding Border Proble,” ujarnya.

Belum jelasnya batas negara ini disebabkan karena adanya perbedaan pendapat mengenai koordinat dan alat ukur yang menjadi standar masing-masing negara.

Malaysia, sebutnya, menggunakan istilah Tim Balai (DATUM). Sedangkan Indonesia menggunakan WGS 84.

Berita Rekomendasi

“Perbedaan ini terjadi karena adanya perjanjian Belanda- Inggris pada tahun 1915,” ujar pria yang juga  Ketua Dewan Pendiri Pemuda Penjaga Perbatasan Republik Indonesia.

Karena situasi seperti inipula masyarakat di Desa Sumantipal, Desa Ngawol, Desa Tantalujuk dan Desa Panas yang wilayah adat desanya berada di Sungai Sumantipal dan Desa Lipaga yang wilayah adat desanya berada diSungai Sinapad hingga kini kebingungan.

Sejak Republik Indonesia merdeka, masyarakat di wilayah ini sudah mengidentifikasikan diri sebagai warga Negara Indonesia dan memiliki nama wilayah desa dan struktur desa di Indonesia.

“Sekarang persoalannya mereka terus hidup dalam kemiskinan, keterisolasian dan selalu menggantungkan kebutuhan pada negara tetangga. Inilah persoalannya,” ujar putra mantan Kepala Desa Sumantipal ini. Dia menegaskan, nasionalisme masyarakat perbatasan tidak perlu terus menerus dipersoalkan dan dipertanyakan.

Dalam kondisi hidup miskin dan terbelakang dari berbagai segi sektor kehidupan serta tidak bisa menikmati hasil kemerdekaan seperti warga lain, warga setempat tetap setia menjaga perbatasan.

Bahkan sebagai komitmen warga setempat menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia, dibentuk Pemuda Penjaga Perbatasan Republik Indonesia yang merupakan organisasi kepemudaan anak-anak asli Kecamatan Lumbis Ogong secara nasional, yang Dewan Pimpinan Pusatnya berada di Mansalong, Kecamatan Lumbis. (Baca juga: WNI Perbatasan Pindah Kewarganegaraan, Panglima TNI Siap Tegakkan Hukum)

“Dan kami masih berani mengangkat muka dan mengatakan terhadap warga tetangga, kami Indonesia dan selamanya Indonesia,” ujarnya. Justru warga setempat balik mempertanyakan nasionalisme para pengambil kebijakan yang selama ini tidakberpihak pada rakyat jelata di perbatasan. Para pejabat ini dinilai sudah tidak memikirkan wajah bangsa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas