Warga Pengungsi Mulai Terserang Penyakit Flu, Batuk dan Demam
Sebagian pengungsi terutama yang berusia lanjut mulai terserang penyakit seperti flu, batuk, demam, ISPA dan pusing-pusing.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Warga korban longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara saat ini masih tetap bertahan di 12 titik tempat pengungsian karena takut akan terjadi longsor susulan.
Sementara itu, sebagian pengungsi terutama yang berusia lanjut mulai terserang penyakit seperti flu, batuk, demam, ISPA dan pusing-pusing. Mereka mengaku terpaksa bertahan karena bingung harus kembali ke rumah siapa, sebab kediamannya ambruk rata dengan tanah. Seebagian dari mereka enggan kembali ke rumah takut terjadi longsor susulan.
"Sudah sejak Jumat (12/12/2014) lalu, saya sudah berada di tempat posko pengungsian ini. Saya bingung mau pulang kemana, sebab rumah saya disana ambruk dan rata dengan tanah," ujar seorang pengungi warga Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Badriah (45), Senin (15/12/2014).
Saat ini kondisi kesehatannya mulai menurun. Sakit flu, batuk dan pusing-pusing mulai dirasakannya.
"Sejak tadi malam, badan saya demam, bersin-bersin dan kepala pusing-pusing," jelas dia.
Menurutnya, sakit yang dialami akibat sudah sejak tiga hari terakhir, pikirannya tidak fokos dan memikirkan belasan keluarga lainya yang menjadi korban. Bahkan, sebagian di antaranya hingga kini jenazahnya masih belum ditemukan.
"Karena pikiran saya tidak fokus, sehingga saya sering telat makan. Mungkin ini penyebab sakit saya ini," ungkapnya.
Badriah mengaku, bencana longsor itu merenggut 12 nyawa keluarga besarnya. Sehingga, pikirannya kini masih campur aduk dan tidak fokus.
Hal serupa dialami Toflani (60) warga Dusun Jemblung, sudah dua hari terakhir ini batuk, demam dan flu yang dirasakannya hingga kini.
"Sudah dua hari ini sakit saya belum sembuh-sembuh, padahal saya sudah minum obat yang diberikan oleh dokter di Posko. Ya mungkin pikiran saya lagi capek saja," ungkapnya.
Toflani mengaku, hingga kini masih bingung lantaran lebih dari dua puluh keluarganya yang menjadi korban hingga kini belum ditemukan.
"Seluruh anggota keluarga saya yang menjadi korban sebanyak 27 orang, namun baru empat orang yang sudah ditemukan. Sisanya sampai saat ini jenazahnya masih hilang," ungkapnya.
Sementara itu, dokter posko pengungsian di Desa Ambal dari Pusat Kesehatan Umum (PKU) Muhammadiyah Temanggung dr Reza Rahardian mengatakan, sejak dua hari terakhir lebih dari 50 orang pengungsi memeriksakan kesehatannya.
Sedangkan total pengungsi sebanyak 186 orang. Kebanyakan mereka mengeluhkan sakit flu, batuk dan pusing-pusing. Selain itu, untuk pengungsi yang berusia lanjut tensinya tinggi.
"Sejauh ini memang kebanyakan para pengungsi mengalami sakit flu, batuk dan pusing-pusing. Untuk yang berusia lanjut memang tensinya tinggi," papar dia.
dr Reza Rahardian menyebut, persediaan obat untuk sejumlah penyakit-penyakit itu telah cukup tersedia cukup. Pasokan obat selain dari Dinas Kesehatan, Puskesmas juga mengalir.
Menurut keterangan petugas PMI yang berjaga di posko itu, seluruh warga pengungsian mengeluhkan tidak adanya bantuan pakaian dalam yang belum pernah didapatkan. Akibatnya, mereka tepaksa memakai pakaian dalam yang mereka miliki yang sangat terbatas.