Dari Rumah Nomor 7 Api Melalap Bangunan Lainnya
Bensin eceran dari rumah sebelah membuat lidah Api menjalar cepat ke segala arah. Rumah-rumah di samping pusat api, sebagian disewakan pemiliknya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Margaret Sarita
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Rumah almarhum Kadir nomor 7 berstatus disewakan. Api itu berasal dari kompor yang memasak nasi, lalu membesar, dan melalap bangunan lainnya termasuk toko.
Warga di Jalan Marsma Iswahyudi, Gunung Bakaran, Kelurahan Sepinggan Raya, Balikpapan Selatan, Selasa (16/12/2014) malam hanya bisa menatap dari jauh lidah api dari rumah nokor 7 itu.
Mereka tak berkuasa memadamkan delapan rumah kayu yang berhimpitan dan berada di tepi jalan. "Apinya dari rumah nomor 7. Dari bagian belakang rumah. Rumah itu disewa orang," kata seorang warga.
Bensin eceran dari rumah sebelah membuat lidah Api menjalar cepat ke segala arah. Rumah-rumah di samping pusat api, sebagian disewakan pemiliknya. "Kami masih mendata korban," kata Ketua RT, Nasruddin.
Ali, seorang warga yang mengalami luka bakar di bagian lengan dan tangan. Pinggangnya juga sobek karena nekat keluar dari jendela untuk menyelematkan diri dari kejaran api.
"Tadi masih mati lampu jadi di dalam rumah saja. Tiba-tiba orang teriak kebakaran. Kami lihat apinya sudah membesar. Jadi langsung berusaha menyelamatkan diri," terang Ali sambil menahan sakit.
Warga lain ada yang senabis dengan Ali. Ria lebih dulu ditangani tim medis di lokasi kebakaran. Tak ada barang berharga yang ia bisa selamatkan dari kebakaran malam itu. Hartanya hanya pakaian yang melekat di badannya.
"Saya baru selesai salat Magrib di loteng. Orang ramai di bawah teriak kebakaran. Saya langsung angkat anak saya turun ke bawah. Waktu mau naik lagi sudah tak bisa, api sudah dekat dengan rumah," ungkapnya.
Rani, anak Ria, menangis di tengah suasana yang baru dialaminya dalam hidup. "Dia menangis, baju mengaji Rani pun terbakar. Enggak punya baju lagi Rani, bilangnya," cerita Ria.
Di seberang jalan Masjid Nurul Hidayah berdiri. Di sini para korban sementara waktu ditampung, selagi Pemerintah Kota Balikpapan membangun tenda penampungan di dekat masjid.