Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanggul Lapindo di Titik 73B Yang Jebol Belum Diperbaiki

“Jangan tenggelamkan rumah kami sebelum dibayar lunas. Kami bersama warga lainnya ini sudah menderita,” terangnya.

zoom-in Tanggul Lapindo di Titik 73B Yang Jebol Belum Diperbaiki
surya/anas miftakhuddin
Tanggul di titik 73B di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin jebol akibat luberan lumpur dan air yang terus menerus, Minggu (30/11/2014) 

TRIBUNNEWS.COM,SIDOARJO - Tanggul di titik 73 B yang jebol lagi masih belum diperbaiki hingga air dan lumpur dari semburan utama masih keluar dan menuju Kali Ketapang, Kamis (18/12).

Aliran air bercampur lumpur masih terlihat menggerojok di tanggul titik 73 B di Desa Kedungbendo, Kecamatan Tanggulangin dan menuju ke Kali Ketapang.

Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) masih mendatangkan alat berat guna perbaikan tanggul yang jebol pada Rabu (17/12) kemarin.

Humas BPLS Dwinanto Prasetyo, mengungkapkan alat berat beserta ponton sudah dalam perjalanan ke titik tanggul yang jebol.

“Kalau alat berat sudah datang, kemungkinan dalam sehari tanggul yang jebol sudah bisa tertutup,” ujarnya, Kamis (18/12/2014).

Percepatan penggarapan tanggul yang jebol di sebelah selatan lokasi yang jebol pada 30 November lalu agar air beserta lumpur tidak meluas ke area permukiman di RT 9 dan 10 Desa Gempolsari dan Kali Ketapang.

“Kami berusaha semaksimal mungkin untuk pengerjaan tanggul di titik 73 B. BPLS juga berupaya menyelesaikan pembuatan tanggul baru di Kedungbendo agar air dan lumpur yang ada teratasi,” tandasnya.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, BPLS tidak bisa melakukan pekerjaan tanggul dengan cara manual di titik 73 B, karena kondisi tanggul yang ada sudah rapuh.

Tanggul tersebut sudah beberapa kali terkena sapu air dan jebol. Gedek dan zak berisi pasir yang dipakai pada saat pengerjaan awal hasilnya tidak masksimal karena masih ada celah air yang keluar. Ujung-ujungnya dari rembesan air yang ada akibatnya jebol lagi.

“Penanggulan yang dilakukan harus maksimal yaitu menggunakan alat berat,” tukasnya.

Untuk mengantisipasi jebolnya tanggul di titik 73 dan 68 harus diperkuat karena aliran lumpur dari semburan utama juga mengarah ke utara (lokasi jebol).

BPLS sendiri untuk mencegah aliran menuju utara sudah memfungsikan lima kapal keruk untuk membuat alur ke arah selatan yang dibuang ke Kali Porong. Tujuannya, agar air dan lumpur mengarah ke titik yang lebih rendah.


“BPLS hanya berupaya mengalirkan air dan lumpur dari semburan utama ke selatan dengan alur yang ada,” jelas Dwinanto.

Ketika ditanya terkait surutnya air di rumah warga RT 9 dan 10 Desa Gempolsari, Dwinanto mengatakan jika kondisi cuaca di Sidoarjo sejak pagi hingga siang sekitar pukul 15.00 WIB sangat panas, dimungkinkan air itu terserap oleh tanah.
Selain itu, air lumpur yang merendam rumah warga untuk tahun ini berbeda denga tahun lalu yang bisa tergenang hingga satu minggu.

“Saya juga belum tahu alasannya apa, namun yang jelas tahun ini air cepat surut,” paparnya.

Sementara itu, Sulastri, salah satu korban lumpur yang baru pulang dari pengungsian di Balai Desa Gempolsari untuk ngecek rumahnya, justru mempertanyakan kenapa BPLS yang tak kunjung memperbaiki tanggul di titik 73 B yang jebol.

“Seharusnya BPLS cepat memperbaiki tanggul yang jebol. Soalnya ini yang lebih mendesak karena saat ini musim hujan,” ungkap Sulastri.

Ibu tiga anak ini, tidak mau rumahnya beserta tetangganya ditenggelamkan oleh air dan lumpur sebelum dibayar oleh Lapindo atau pemerintah. Karena Sulastri bersama 99 orang dalam 24 Kepala Keluarga (KK) tidak memiliki apa-apa.

“Jangan tenggelamkan rumah kami sebelum dibayar lunas. Kami bersama warga lainnya ini sudah menderita,” terangnya.

Selama tiga hari di pengungsian, Sulastri bersama tetangganya mengaku tidak kekurangan apa-apa. Namun untuk istirahat, warga mengaku kesulitan karena belum terbiasa tidur berkumpul dengan orang banyak.

“Kalau istirahat di rumah kan lebih tenang. Apalagi anak-anak disini (pengungsian) sulit untuk belajar karena butuh tempat yang tenang,” kata Sulastri.

Sementara itu, di lokasi pengungsian di Balai Desa Gempolsari didirikan dapur umum untuk memenuhi kebutuhan makan pengungsi.

Tim dari Tagana dan tim lainnya bekerja untuk memasak, menggoreng ikan dan mengiris bumbu.

Dapur yang disediakan untuk pengungsi ini bekerja sebanyak tiga shift sehingga kondisi pengungsi tidak sampai kekurangan bahan makanan.

Petugas dari Polres Sidoarjo dan Kodim 0816 Sidoarjo terus memantau perkembangan kondisi rumah warga dan mengamankan warga dari hal-hal tak diinginkan.(mif)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas