Inflasi Jatim Lebih Rendah dari Nasional
"Seperti yang sudah diprediksi, kenaikan BBM menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jatim sebesar 0,62 persen dari 2,38 persen," jelas Sairi.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Sesuai prediksi, kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 18 November 2014, membuat tingkat inflasi di Jawa Timur (Jatim) pada bulan Desember 2014 naik menjadi 2,38 persen.
Sementara pada bulan November 2014, inflasi di Jatim masih pada 1,38 persen.
Hal itu diungkapkan M Sairi Hasbullah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, saat rilis pertama di awal tahun 2015, Jumat (2/1).
"Seperti yang sudah diprediksi, kenaikan BBM menjadi komoditas utama penyumbang inflasi di Jatim sebesar 0,62 persen dari 2,38 persen," jelas Sairi.
BBM ini termasuk dalam kelompok pengeluaran jenis perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Dimana menjadi kelompok penyumbang inflasi mencapai 1,60 persen dengan memberi andil 0,42 persen.
Sementara penyumbang pertama ada di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 5,41 persen dan memberi andil sebesar 0,96 persen.
"Tingginya inflasi di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan ini akibat dari multiplayer atau imbas dari kenaikan harga BBM," tambah Sairi.
Diantara dua kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, dan kelompok perumahan, air, listri, gas dan bahan bakar, masih ada kelompok bahan makanan yang berada di tingkat kedua sebagai penyumbang inflasi.
Yaitu mencapai 3,24 persen dengan memberi andil sebanyak 0,65 persen.
Lebih lanjut Sairi menambahkan pada kelompok bahan makanan, komoditasnya ada pada beras, cabai rawit, cabai merah, dan telur ayam ras.
Kenaikan inflasi di bulan Desember 2014 ini, secara total inflasi Jatim tahun kalender Desember 2013 - Desember 2014 mencapai 7,77 persen.
Lebih tinggi dibanding inflasi tahun kalender Desember 2012 - Desember 2013 yang hanya 7,59 persen.
"Secara umum, inflasi di Jatim ini, masih dibawah nasional yang mencapai 8,36 persen," tandas Sairi.(sri handi lestari)