Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Selama Tiga Tahun Produksi Rotan Sulsel Berkurang

Saat ini hanya sekitar 500 kilogram (kg) rotan saja karena hanya beberapa ukuran yang bisa dipanen. Itupun bergantung kebutuhan hilir

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Selama  Tiga  Tahun Produksi Rotan Sulsel Berkurang
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Seorang pekerja mengamplas kursi rotan sebelum dilakukan finishing dengan cat pernis di salah satu toko mebel rotan, di Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Selasa (9/9/2014). Seiring banyak berdiri perumahan baru di Kota Bandung, penjualan mebel dari anyaman rotan mengalami sedikit peningkatan atau stabil. Meski harga bahan baku rotan mengalami kenaikan Rp 1.500 per kg, para pedagang mebel rotan mengaku belum berani menaikkan harga mebelnya yang dijual berkisar Rp 600 ribu hingga Rp 4 juta per set. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribun Timur, Chaerul Fadli

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Berdasarkan data Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Sulsel, produksi rotan (Calamus Rotang) di Sulsel berkurang 35,900 ton dalam kurun tiga tahun terakhir. Sebab, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 35/M-DAG/PER/11/2011 menutup pintu ekspor dan membatasi kapasitas panen petani rotan sejak Januari 2012.

Kebijakan yang lahir November 2012 tersebut diarahkan untuk menyokong pertumbuhan industri rotan dalam negeri. Hanya saja, tujuan kebijakan meleset dan membuat sektor hulu (industri setengah jadi, petani, pengumpul) dan sektor hilir (industri jadi) rotan merugi.

“Jika produksi dibatasi maka pendapatan kita juga dibatasi,” kata ketua kelompok petani rotan Kota Palopo, Zakaria pada Pertemuan Terbatas Pelaku/Petani Usaha Rotan di New Shogun, Jl Penghibur, Kamis (8/1/2015). Ia menjelaskan, petani rotan di Palopo, bisa menghasilkan sekitar 4-5 ton dalam seminggu sebelum aturan berlaku.

“Saat ini hanya sekitar 500 kilogram (kg) saja karena hanya beberapa ukuran saja yang bisa dipanen. Itupun bergantung kebutuhan hilir,” kata Zakaria. Ia menuturkan, ribuan petani rotan naungannya kini harus mencari sumber dana lain sejak kebijakan tersebut berlaku. Padahal, kata lelaki yang ditaksir berusia 40 tahun ini, Palopo menghasilkan jenis rotan yang dibutuhkan industri domestik, Rotan Lambang.

BERITA TERKAIT
Sumber: Tribun Timur
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas