Prospek Properti di Suatu Daerah Bisa Dilihat dari Keberadaan Bank Asing
Kehadiran bank asing di kota-kota besar dan lapis kedua merupakan pertanda bahwa bisnis properti di daerah tersebut punya prospek bagus.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Pengamat properti yang juga Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, mengatakan, kehadiran bank asing di kota-kota besar dan lapis kedua merupakan pertanda bahwa bisnis properti di daerah tersebut punya prospek bagus.
"Di mana ada bank asing, di situ bisnis properti tumbuh pesat," ujar Panangian terkait fenomena pertumbuhan bisnis properti di daerah, Senin (19/1/2015).
Menurut dia, kehadiran bank asing di kota-kota semacam Pekanbaru, Medan, Balikpapan, Batam, dan Makassar terbukti mendongkrak pertumbuhan bisnis properti.
"Di Pekanbaru terdapat CIMB Niaga, Commonwealth Bank, DBS Bank, dan BII Maybank. Kehadiran mereka seiring dengan pertumbuhan propertinya. Lihat saja ada banyak pembangunan hotel, pusat belanja, apartemen, dan juga perkantoran," imbuh Panangian.
Hotel dibutuhkan, kata dia, karena permintaan dari para pelancong bisnis dan pelancong wisata yang menunjukkan tren meningkat. Per November 2014 kunjungan ke kota-kota tersebut mengalami lonjakan tajam.
Jumlah kunjungan internasional ke Pekanbaru, contohnya, secara tahunan naik 5,83 persen menjadi 23.800 turis dari sebelumnya 23.860. Demikian halnya ke Medan, jumlah kunjungan tumbuh 3,99 persen menjadi 205.461 orang. Lonjakan terbesar dialami Batam, yakni sebesar 8,42 persen menjadi 1.282.203 kunjungan.
"Pertumbuhan kunjungan tersebut jelas menstimulasi kenaikan permintaan fasilitas akomodasi. Dengan begitu tingkat okupansi pun ikut bergerak positif yang pada gilirannya mendorong pengembang membangun hotel-hotel baru," tandas Panangian.
Sementara ruang perkantoran dibutuhkan, tambah Panangian, untuk memenuhi permintaan ekspansi perusahaan dan para pebisnis. Terlebih direalisasikannya pembangunan infrastruktur dasar sebagai bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) oleh pemerintah hingag 2019 mendatang.
Pembangunan infrastruktur tentu akan menyedot banyak perusahaan, pebisnis baru, dan juga tenaga kerja. Mereka, menurut Panangian, butuh kantor, butuh rumah, butuh hiburan, dan juga butuh kredit dan biaya-biaya lainnya.
"Bank-bank asing, perusahaan nasional dan multinasional itu kan butuh ekspansi memperluas pasar melayani para turis asing dan ekspatriat. Kalau sudah ekspansi berarti butuh ruang kantor baru kan? Nah, di situlah pasar pasti (captive market)-nya. Selain bank asing dengan back up office-nya, terdapat juga perusahaan yang bergerak di sektor perdagangan, manufaktur, perkebunan, dan pertambangan," ujar Panangian. (Hilda B Alexander)