Ini Dia Lokomotif Bima Kunting, Lokomotif Pertama Buatan Indonesia Tahun 1965
Manager Program Non Bangunan dari Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur PT KAI, Wawan Hermawan mengatakan, lokomotif Bima Kunting
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rento Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Malam ini PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan melakukan pemindahan lokomotif Bima Kunting. Tentunya ada alasan kuat mengapa lokomotif ini menjadi pilihan untuk dipindah ke Museum Benteng Vredeburg dari kebun Balai Yasa Yogyakarta.
Manager Program Non Bangunan dari Unit Pusat Pelestarian, Perawatan dan Desain Arsitektur PT KAI, Wawan Hermawan mengatakan, lokomotif Bima Kunting memiliki sejumlah keistimewaan.
Selain itu, proses pembuatan dan penamaannya pun lekat dengan Yogyakarta. Karena itu, cukup pas apabila dipasang di Vredeburg.
"Lokomotif ini dibuat pada 1965, sebagai loko khusus untuk melangsir di Balai Karya (sekarang Balai Yasa Yogyakarta, red). Sebenarnya ada tiga Bima Kunting yang dibuat dan yang dipreservasi kali ini adalah yang ketiga. Saat itu Bima Kunting ini menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta karena merupakan buatan dalam negeri," jelasnya, Kamis (29/1/2015).
Lokomotif Bima Kunting menggunakan lebar sepur 1067mm dan digerakkan oleh motor diesel Domler Benz tipe M204B yang berdaya 120 daya kuda. Selama masa operasionalnya loko ini selalu berada di Balai Yasa karena digunakan untuk dinas langsir.
"Uniknya, ketika diresmikan pertama kali, penamaan Bima Kunting ini diberikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Bima mewakili kekuatan sementara Kunting mewakili kelincahan dan kegesitan," jelas Wawan.
Sementara itu, Kepala Bidang Sejarah Purbakala dan Museum Dinas Kebudayaan DIY, Erlina Hidayati menambahkan, bahkan pewarnaan lokomotif juga berasal dari HB IX. Warna krem-hijau dan merah merupakan warna identik Kraton Ngayogyakarta.
"Selain penamaan, warna yang dipakai berasal dari identitas Kraton yaitu Pareanom. Kita semua tahu bahwa HB IX sangat nasionalis. Beliau sangat bangga dengan produksi dalam negeri termasuk lokomotif ini," jelasnya ketika ditemui di sela prosesi pemindahan loko di Balai Yasa Yogyakarta.
Erlina melanjutkan, setelah dibawa ke Vredeburg loko akan ditempatkan di halaman depan sebelah utara Benteng. Di sana lokomotif akan menjadi sarana edukasi untuk masyarakat, terutama untuk mengenalkan dan mencintai dunia perkeretaapian.
"Banyak hal yang menjadi pertimbangan. Kita tahu Vredeburg merupakan titik yang memiliki ciri perintis, selain tentunya terletak di pusat kota yaitu titik nol kilometer.Hal ini memudahkan masyarakat untuk mengapresiasinya. Sesuai konsep perintis ini, banyak hal bermula dari nol kilometer misalnya perintis kemerdekaan. Sedangkan Bima Kunting ini merupakan produk lokomotif pertama buatan dalam negeri sehingga cocok dengan konsep itu," paparnya.
Setelah ditempatkan di Vredeburg, monumen lokomotif ini menurut Erlina juga akan dilengkapi papan informasi. Tidak hanya soal sejarah, berbagai sisi teknis juga akan dipajang.
"Segera setelah diresmikan nantinya, masyarakat bisa menikmati wahana edukasi ini," jelasnya seraway mengungkapkan peresmian yang akan dilakukan beberapa minggu setelah pemindahan.(TRIBUNJOGJA.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.