Restorasi Lokomotif Bima Kunting, Lokomotif Pertama Buatan Indonesia Terhambat Penentuan Warna
Lokomotif Bima Kunting yang merupakan lokomotif pertama buatan Indonesia akan dipindah ke Benteng Vredeburg dari Balai Yasa Yogyakarta, Kamis
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rento Ari Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Lokomotif Bima Kunting yang merupakan lokomotif pertama buatan Indonesia akan dipindah ke Benteng Vredeburg dari Balai Yasa Yogyakarta, Kamis (29/1/2015) malam ini.
Ada sejumlah kesulitan ketika menyelamatkan sarana perkeretaapian bernilai sejarah ini. Selain mengumpulkan suku cadang yang tercerai-berai, proses pengecatan juga sempat menimbulkan kebingungan.
Manager Produksi Balai Yasa Yogyakarta, Miming Kuncoro, mengungkapkan proses penyelamatan Bima Kunting sebenarnya telah dimulai sejak 2007.
Saat itu ada permintaan dari Dinas (kebudayaan DIY, red) untuk menyelamatkan sarana perkeretaapian tersebut. Namun saat itu PT KAI belum memberikan respon.
"Saat itu unit Heritage memang belum terbentuk. Istilahnya, belum ketemu 'klik'nya. Namun pada 2012 setelah unit Heritage terbentuk, kembali ada permintaan dari Dinas. Saat itu baru ketemulah kesepakatan untuk menyelamatkan Bima Kunting. Dan pada 2015 ini baru terrealisasi," imbuhnya.
Proses restorasi Bima Kunting berlangsung cukup cepat, lanjut Miming. Pada akhir Oktober 2014 loko ini dipindah dari kebun Balai Yasa.
"Pemindahan dari kebun ini juga tidak mudah. Loko teronggok di tanah, bukan di rel. Semula kami mikirnya rodanya sudah hilang, namun setelah digali ternyata cuma terpendam. Setelah digali, loko diangkut memakai crane dan dimulailah proses perbaikan yang berjalan hingga Desember 2014," paparnya.
Kesulitan merestorasi Bima Kunting menurut Miming terletak pada beberapa tahap. Ketika dikebunkan karena afkir, sebagian komponen telah dilepas.
Untungnya komponen tersebut masih disimpan di gudang Balai Yasa. Proses restorasi pun juga meliputi pengembalian komponen ke tempatnya meski dalam pemakaiannya nanti loko memang hanya akan dipajang. Hal ini penting untuk mengembalikan keasliannya.
"Selain itu yang cukup pelik adalah pengecatannya. Ketika di kebun, loko ini dicat biru. Tapi dari keterangan saksi hidup, loko ini dicat krem-hijau-merah. Setelah melalui diskusi panjang akhirnya diputuskan untuk memakai warna era PNKA tersebut," jelasnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.