Warga Protes Debu Produksi Batubara Berterbangan ke Rumah
Keluhan warga mengenai debu hasil produksi Batubara yang beterbangan dari PT MNS hingga masuk ke rumah-rumah warga
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Manado, Christian Wayongkere
TRIBUNNEWS.COM. BITUNG - Sejumlah warga Kelurahan Paceda dan Madidir Unet sempat melakukan aksi walk out saat mengikuti pertemuan dengan Komisi C DPRD Bitung, PT Multi Nabati Sulawesi (MNS) dan pemerintah Kecamatan Madidir di ruang pertemuan kantor Kecamatan Madidir untuk membahas keluhan warga mengenai debu hasil produksi Batubara yang beterbangan dari PT MNS hingga masuk ke rumah-rumah warga, Selasa (3/2/2015).
"Sudah kesekian kalinya pertemuan seperti ini namun tak ada hasil, harus dicari dan pikirkan solusi secepatnya mengenai pembuangan limbah dari perusahan yang terbuka dan yang lewat cerobong itu yang harus diselesaikan karena kami hadapi setiap hari debu masuk kedalam rumah," tutur Dion Sumende saat keluar dari ruang pertemuan.
Bersama dengan warga lingkungan V Kelurahan Paceda dan sebagian warga Madidir Unet menjadi korban harus menghirup debu-debu yang berasal dari tumbinan sisa-sisa batubara yang ditampung di halaman perusahan pasca dipergunakan untuk pengolahan Minyak Mentah, sehingga warga disekitar perusahan merasa terganggu dan mengeluhkan kondisi yang sudah berlangsung semenjak perusahan itu produksi. "Cari solusinya karena limbah atau debu ini sangat mengganggu, rumah saya dekat dengan pabrik. Kalau sudah ada solusi dan jalan keluar dari masalah debu ini baru bicara masalah rencana pembebasan tanah karena itu memakan waktu yang panjang dan lama," ucapnya sambil mencak-mencak.
Menurutnya, keberadaan debu dari sisa-sisa batubara yang masuk hingga kedalam rumah warga sangat disayangkan karena keberadaan perusahan minyak itu membawa manfaat yang baik baik warga sekitar dimana anak-anak mereka bisa bekerja di perusahan itu sehingga tingkat pengangguran berkurang. "Makanya harus ada jalan keluar mengatasi masalah ini secepat mungkin," tukasnya lalu bergegas kembali masuk kedalam.
Lusye Kampong (50) warga yang terkena dampak dari debu batu baru yang beterbangan hingga masuk kedalam rumahnya, lebih dulu walk out dari ruang pertemuan dirinya mengaku sudah tidak tahan karena di rumahnya setiap menit setiap detik harus menyapu. "Itu karena debu dari perusahan yang beterbangan dari timbunan batu barah yang tingginya sudah melewati tingga rumah saya sehingga debu itu masuk ke rumah saya," koar Lusye.
Akibat dari setiap hari diserang debu batu barah Lusye kerap mengalami gangguan pada tenggorokannya saat bangun pagi, rasa sakit dan pakat selalu menghiasi tenggorokan saat dia bangun dari tidur sehingga dia mengeluhkan kondisi seperti itu. "Tidak mungkin kan setiap haris kita pake masker. Lima menit saja kalian duduk di rumah saya dan rasakan bagaiman debu-debu itu mulai beterbangan masuk," kata dia sembari menambahkan kediaman yang dijadikan tempat kos-kosan ikut dirasakan penghuni kos keberadaan debu yang masuk ke rumah.
Pihak perusahan PT MNS yang mendengar langsung keluhan tersebut berjanji dalam bulan Februari ini akan segera mengangkat sisa-sisa batu barah yang ada di perusahan serta pihaknya akan menangani dampak yang dirasakan warga jika sesuai dengan pemeriksaan disebabkan karena limbah debu batu baru dari perusahannya.
"Pemindahan limbah batu barah ada progres bulan ini kami dapat rekom dari kementrian lingkungan hidup (KLH) untuk angkut limbah, kemudian selanjut rekom itu akan kami masukkan ke departemen perhubungan untuk diberi izin angkutan transportasi limbah batu barah sesuai dengan standart operasional (SOP)," tutur Lolita. Mengenai cerobong asap yang juga ikut dikeluhkan warga karena debu dan asapnya mengenai rumah warga oleh Benny Marpaung selaku manager utility PT MNS, menjelaskan hal itu disebabkan karena ada kerusakan.
"Jadi ada tiga mesin angkat Abu termasuk di cerobong mengalami kerusakan, kami langsung stop selama 1 Minggu dan sudah diperbaiki dua diantaranya sudah beroperasi satu lagi sedang pesan sperpartnya," urai Benny. Lanjutnya selama sebulan kedepan ada satu unit mesin yang telah dipesan akan sampai di Bitung, bertujuan agar komitmen perusahan akhir bulan Maret sudah bersih dari debu-debu itu. "Memang sekali-sekali muncul lagi karena beban tinggi ada pembuangan di Cerobong dan itu diluar prediksi kami yang seharusnya tidak ada masalah," tukasnya.