Kumpul Kebo di Kos Bebas Yogya Dianggap Lumrah
Kehidupan bebas yang terjadi di sentra-sentra hunian mahasiswa di Kota Yogya dan sekitarnya bukan isapan jempol.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, M Resya Firmansyah
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Kehidupan bebas yang terjadi di sentra-sentra hunian mahasiswa di Kota Yogya dan sekitarnya bukan isapan jempol. Sejumlah kos-kosan membebaskan penghuninya hidup sekamar laki perempuan bukan muhrimnya.
Bertahun-tahun sambil kuliah atau kerja tinggal sekamar layaknya suami istri. Fenomena samen leven alias kumpul kebo ini bahkan dianggap hal lumrah. Esek-esek ala kos-kosan jadi rahasia umum di kalangan kaum urban Jogja.
Sikap pengelola atau pemilik kos-kosan yang cuek dan permisif, membuat kaum urban pun leluasa tinggal bebas berduaan tanpa hubungan pernikahan. Kos-kosan atau rumah petak atau paviliun sewaan ini umumnya terserak di berbagai hunian mahasiswa.
"Saya menyewa sebulannya Rp 500 ribu, sudah hampir empat tahun saya tinggal bersama pacar di sini," ungkap Lna, seorang mahasiswa tingkat akhir PTS di Yogyakarta di kawasan Demangan.
Biaya sewa itu ia bagi berdua dengan pacarnya yang juga mahasiswa dari luar kota. "Di sini bebas enggak ada larangan. Tinggal bilang saja sama yang punya kos. Enggak dimintai surat nikah kok," bebernya.
Lebih lanjut, Lna mengatakan orangtuanya tidak mengetahui dia menyewa dan tinggal di kamar kos bersama ceweknya. Saat akhir semester, Lna pulang ke rumahnya di Palembang. "Enggak bilang ke orang di rumah," katanya.
Praktik kos bebas ini makin semarak karena pengelola atau pemilik kos umumnya tak mau ambil pusing dengan aturan ketat. Mereka lebih mengejar fulus ketimbang eksesnegatif kos-kosan yang serba bebas.
Walhasil, para penghuni kos bebas ini kadang juga tanpa risih bawa keluar masuk teman-teman gadisnya. Apa yang terjadi di bilik-bilik kamar kontrakan, hanya mereka berdua yang di kamar yang tahu.