Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemasangan Patok Koordinat Bandara Kuloprogo Diiringi Tangisan Ibu-ibu Pemilik Tanah

Tangis ibu-ibu pecah di antara seruan penolakan tersebut. Beberapa menutup wajahnya dengan kain, lainnya mengusap air mata dengan tangan.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Pemasangan Patok Koordinat Bandara Kuloprogo Diiringi Tangisan Ibu-ibu Pemilik Tanah
jogjainvest.jogjaprov.go.id
Masterplan bandara baru Yogyakarta di Kulonprogo 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Yoseph Hary

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Tak ada titir bunyi kentongan, tak ada raung keras suara mesin sepeda motor, dan tak ada pula derap langkah kaki berkejaran di lokasi penentuan koordinat patok bandara baru di Dusun Sidorejo Desa Glagah Kecamatan Temon Kulonprogo, Jumat (6/2/2015).

Namun, warga tetap menolak. Ratusan warga Wahana Tri Tunggal (WTT), seperti saat pemasangan koordinat patok bandara pada Rabu (21/1/2015) lalu, tetap melakukan perlawanan. Mereka ada di setiap sudut jalan desa di lokasi tersebut.

"Penolakan warga hari ini berbeda dari sebelumnya. Semua kentongan, bambu runcing dan peralatan lainnya ditanggalkan," kata Ketua WTT, Martono.

Memasuki wilayah perkampungan Dusun Sidorejo, saat tim persiapan bandara dan petugas BPN berupaya memasang koordinat patok kemarin, memang terkesan tak setegang sebelumnya.

Pasalnya, upaya kali ini diawali surat pemberitahuan dari tim persiapan bandara kepada warga.

Pengurus WTT pun berkomitmen menjaga suasana tetap tertib. Namun, hal itu tak menyurutkan niatan warga untuk menolak bandara. Ada yang berteriak, ada pula yang mencoba meredam kemarahan warga di sampingnya.

Berita Rekomendasi

Ketika tim lobi WTT dan tim bandara saling bertemu, kerumunan massa mendesak. Pembicaraan tetap terjadi di tengah konsentrasi massa.

Tim bandara tampak berusaha memahami penolakan warga, sebaliknya warga dengan berat hati berusaha memahami perlunya penentuan koordinat di lokasi tersebut.

Warga tak sepakat. Tangis ibu-ibu pecah di antara seruan penolakan tersebut. Beberapa menutup wajahnya dengan kain, lainnya mengusap air mata dengan tangan.

Suasana tegang dan emosi warga pun menyeruak bersamaan dengan kesan mengharu-biru tangisan para ibu di lokasi.

Seorang perempuan yang semula menangis bahkan gagal mengendalikan kesabarannya. Dia histeris, menangis keras, dan jatuh di pelukan warga yang kemudian menggotongnya ke rumah warga terdekat. Suasana berubah hening sejenak.

Namun, di jarak beberapa meter dari konsentrasi massa, tim bandara tetap berusaha meminta izin keluarga Nanik pemilik lahan, agar dapat dilakukan pemasangan koordinat patok.

Massa berusaha kembali mendesak. Warga lainnya mengingatkan tidak anarkis.

Pada akhirnya, meski di antara ketegangan dengan warga, tim dan petugas dalam pengamanan aparat dapat menentukan koordinat patok bandara di lahan tersebut.

Satu lagi, tim bandara melakukan lobi serupa kepada kaluarga Kecuk atau Suryono. Upaya kedua ini gagal. Suryono menolak. Tim dan petugas pun terpaksa menentukan koordinatnya dari bahu jalan Daendels.

Ketua WTT Martono mengatakan, warga telah memberi kesempatan. Jika ada warga yang memperbolehkan, itu dipersilakan. Namun, menurutnya, itu tidak gratis. Artinya, suatu saat tim juga harus mendengarkan warga WTT.

"Kalau nolak ya dengarkan. Ada tanda koordinat bukan berarti tim bandara bisa masuk ke lahan kami," kata Martono.

Kasi Pengukuran BPN Kulonprogo, Obed Tri Pambudi, menyampaikan bahwa ada beberapa hambatan, namun akhirnya dapat terpasang koordinat secara persuasif. Satu warga mengizinkan, satu lainnya menolak. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas