Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemburu Batu Mulia di Aceh Nekat Membongkar Badan Jalan

Aparat keamanan dari Polri dan TNI, sejak Kamis hingga Jumat (20/2) kemarin, mencegat para pemburu batu mulia jenis bacan di Gunung Geurutee

Editor: Sugiyarto
zoom-in Pemburu Batu Mulia di Aceh Nekat Membongkar Badan Jalan
KOMPAS.com/ RAJA UMAR
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, CALANG - Aparat keamanan dari Polri dan TNI, sejak Kamis hingga Jumat (20/2) kemarin, mencegat para pemburu batu mulia jenis bacan di Gunung Geurutee, Kecamatan Jaya (Lamno), Aceh Jaya, agar mengurungkan niatnya berburu batu, demi mengantisipasi kerusakan badan jalan di daerah itu.

Perburuan batu yang dijuluki warga setempat “si mata biru dari Geurutee” itu kini mulai mengkhawatirkan. Soalnya, demi mendapatkan si “mata biru” banyak warga yang merusak (dengan cara melinggis) bongkahan batu karang di tebing jalan.

“Hal ini akan mempercepat terjadinya longsor,” kata Camat Sabirin saat ditemui Serambi di lokasi, Kamis (19/2) siang.

Hingga Jumat kemarin, para unsur Muspika Jaya masih berjaga-jaga di lokasi guna menghindari adanya warga yang nekat melakukan pembelahan atau melinggis batu tebing gunung itu.

Kekhawatiran muspika setempat bahwa akan terjadi longsor jika pengambilan batu itu tidak dilarang, menurut Camat Sabirin, sangat beralasan. Soalnya, lokasi pengambilan batu bacan di tebing jalan itu sudah mulai retak.

“Tinggal menunggu waktu saja bongkahan tersebut jatuh ke badan jalan. Bila ini terjadi, maka akan mengancam keselamatan para pengguna jalan di lintasan Geurutee,” kata Camat Sabirin.

Sementara itu, Kapolsek Jaya, Iptu Hamdan yang didampingi Danramil Lamno, Kapten Syamsuddin terus berjaga-jaga di lokasi guna mencegat dan menghindari adanya warga yang membelah batu permata di tebing jalan tersebut.

BERITA TERKAIT

Selain itu, warga yang kedapatan melakukan aktivitas pencarian atau penambangan si “mata biru” langsung diseru meninggalkan lokasi, sedangkan peralatannya disita petugas yang terdiri atas polisi, danramil, dan camat setempat.

Menurut Danramil Lamno, dalam empat hari terakhir, telah terlihat kerusakan di daerah itu setelah batu-batu pengikat tanah di tebing Geurutee rusak akibat batu karangnya dihancurkan untuk mendapatkan batu bacan biru yang warnanya mirip air laut itu.

Aktivitas penambangan juga terjadi pada malam hari, sehingga para unsur muspika melakukan pengawasan hingga malam hari agar tidak ada warga yang melakukan pencarian batu bacan di sepanjang jalan di puncak Gunung Geurutee.

“Ini kita lakukan untuk mengantisipasi agar jalan di Gunung Geurutee tidak runtuh karena lintasan ini merupakan satu-satunya jalan alternatif dari pantai barat-selatan Aceh ke Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi,” kata Danramil.

Menurutnya, aparat keamanan terus memantau lokasi itu siang-malam dengan menyusuri kawasan hutan di puncak Geurutee, agar tidak ada orang yang berburu atau mengambil batu bacan lagi.

Warga yang kedapatan mengambil batu di daerah itu langsung diinstruksikan untuk meninggalkann lokasi. Mereka tidak ditangkap, melainkan hanya diberi pengarahan saja, agar lokasi tersebut tidak dirusak, sehingga jalan di lintasan itu tidak runtuh suatu saat nanti. (c45)

“Bahkan sebagian ruas jalan menuju ke lokasi pengambilan batu sudah kita pasang police line, agar tidak ada warga yang masuk ke daerah itu,” ujar Iptu Hamdan.

Pada Kamis lalu, kata Iptu Hamdan, polisi menyita sejumlah peralatan, berupa linggis dan palu, dari para pemburu si “mata biru” di Gunung Geurutee.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas