Kiat Siswono Kembangkan Agrowisata Umbul Sidomukti Semarang
Tangan dingin Siswono Yudo Husodo mengelola Umbul Sidomukti sebagai agrowisata di sisi selatan Gunung Ungaran berkembang pesat.
Editor: Y Gustaman
Laporan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Tangan dingin Siswono Yudo Husodo mengelola Umbul Sidomukti sebagai agrowisata di sisi selatan Gunung Ungaran berkembang pesat. Objek wisata di Dusun Tegalsari, Desa Sidomukti, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, ini tak pernah sepi terutama saat musim liburan tiba.
Apa saja yang diterapkan Menteri Negara Perumahan Rakyat periode 1988-1993 dan Menteri Transmigrasi 1993-1998 dalam mengelola area seluas 32 hektar sebagai agro wisata? Berikut perbincangan wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan dan Hermawan Handaka, dengan pemilik Umbul Sidomukti, Siswono Yudo Husodo, beberapa waktu lalu.
Mengapa Anda memilih terjun di bisnis kepariwisataan?
Segala sektor bisnis sudah saya lakoni. Melalui pendirian PT Bangun Tjipta Sarana pada 1969 yang bergerak di bidang properti. Setelah itu, terlibat dalam pembangunan dam laut atau sejenis teluk dalam pertama di Indonesia, di Pulau Batam, pembangunan terminal di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Bisnis real estate, jalan tol, hotel, dan pertanian, juga sudah saya geluti.
Kini, di masa pensiun dari pemerintahan, saya mencoba berkonsentrasi di sektor kepariwisataan berbasis agro. Kenapa pariwisata? Karena pariwisata masa depan Indonesia. Bisnis ini berbeda dari bisnis lain. Jika yang lain, makin digali makin habis, sektor kepariwisataan tak akan pernah ada habisnya. Itu yang sebenarnya belum disadari, termasuk pemerintah.
Saya memilih mengembangkan resort tourism, baik untuk wisatawan domestik maupun asing. Satu di antaranya, Agro Wisata Umbul Sidomukti di Bandungan (Kabupaten Semarang) ini. Lainnya, ada Tirto Arum di Kendal, lalu Kampung Main Puncak Bogor (Jawa Barat), Kampung Main Cipulir di Jakarta Selatan, Lembah Anai Padang Pariaman (Sumatera Barat), dan Bumi Linggah Bali Villas Resort.
Saya pun memilih mengembangkan bersama warga sekitar lokasi karena optimistis bakal banyak wisatawan yang terus berdatangan. Target saya, jangan sampai kalah dengan negara lain. Dilihat dari karakteristiknya, mereka butuh atau mencari yang unik.
Bagaimana akhirnya Anda memilih lokasi Jimbaran di Kabupaten Semarang ini?
Kabupaten Semarang, terutama di sekitar Umbul Sidomukti, bukan lagi daerah asing bagi saya pribadi. Di sini, saya memiliki banyak kenangan. Dulu, ayah saya yang seorang dokter di Kabupaten Kendal, kerap mengajak jalan-jalan di akhir pekan ke sini. Waktu itu, saya duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas 6 atau sekitar 1954 silam.
Saat saya sedang mencari tempat untuk refresing dan mengembangkan bisnis pertanian, dapatlah lokasi ini. Di sini--Umbul Sidomukti--merupakan petunjuk Tuhan. Berdasarkan penuturan warga, ada satu titik yang menjadi tempat suci, sisa-sisa Candi Siwa. Dan tepat di Taman Renang Alam itu ada sumber mata air yang saya kemas menjadi sesuatu yang menarik.
Ini anugerah Tuhan yang saya syukuri, tempat yang indah dimana kita bisa melihat keindahan alam secara bebas. Lalu, ada keindahan enam gunung, termasuk hamparan Rawa Pening yang bisa dilihat dari sini. Saya pikir, di sini bisa dikembangkan agro wisata. Tanah seluas sekitar 32 hektar di selatan lereng Gunung Ungaran ini saya bebaskan pada 1996.
Saya mengawali bisnis dari peternakan sapi, pertanian kentang, hingga jahe gajah lewat cara memberdayakan petani setempat. Setelah berjalan, saya kembangkan menjadi objek wisata yang fokus ke anak-anak muda. Saya berikan beragam fasilitas atau wahana untuk memacu adrenalin. Tepatnya pada 2007, saya mulai membangun Kawasan Wisata Umbul Sidomukti.