Korban Perdagangan Manusia: Saya 'Dinodai' 35 Tukang Ojek
Malang dialami gadis belia berusia 14 tahun ini. Ia telah menjadi korban Human Trafficking (Perdagangan Manusia) yang diduga dilakukan oleh oknum
"Tiba di sana saya tidak bertemu teman saya. Lama menunggu, ada seorang (oknum aparat) Itu. Dia mengajak saya berkenalan, lalu saya diajak jalan-jalan dengan diimingi mau dikasih pekerjaan. Tetapi setelah jalan-jalan, YM menggauli saya. Baru saya diantarkan di suatu tempat (masih di kawasan Timbangan 32-red) kepada Gemo," ungkapnya.
Di sana ia menjadi pelacur dan harus melayani nafsu bejat lelaki hidung belang.
"Sehari saya harus melayani 5 pria dengan tarif Rp 120 ribu, tetapi sebelumnya saya disuntik dulu agar tidak hamil. Uangnya saya buat makan dan simpan, 20 ribu untuk bayar Gemo. Katanya untuk bayar sewa kamar," bebernya lagi.
Tak tahan diperlakukan seperti itu, ia kembali kabur dari Gemo, Selasa (24/2), sekitar pukul pukul 19.30 menuju ke Palembang kembali menumpangi bus.
Setelah sampai diturunkan di bawah Jembatan Ampera oleh sopir. Ia yang tidak tahu harus kemana lagi, akhirnya bermalam di sana.
"Mau pulang ke rumah nenek saya tidak diterima lagi. Apalagi saat pergi ke rumah ayah. Saya mencuri uang Rp 150 ribu. Belum lagi harus melayani nafsu bejat om saya. Oleh karena itulah saya tidak tahu harus kemana lagi," ungkapnya sambil meneteskan air mata.
Setelah bermalam di bawah Ampera, karena tidak ada uang untuk makan, ia terpaksa menjual dirinya dengan tukang ojek.
"Saya tidak tahu harus bagaimana lagi pak. Uang saya sudah habis, untuk makan terpaksa saya jual diri. Selama tiga hari terhitung ada 35 lelaki hidung belakang (tukang ojek) yang menggauli saya. Saya dibawa ke hotel di kawasan 13 Ilir. Setelah dipakai, saya hanya dibayar Rp 15 ribu, setiap orang," bebernya.
Terakhir kali, sebelum dibawa ke Polresta Palembang, ia digauli oleh anak-anak aibon.
"Saya dibawa warga pak ke sini karena kasihan dengan saya saat saya digauli anak-anak aibon dibawa Jembatan Ampera," katanya.