Demam Batu Akik, Arkeolog Hingga Ulama Beri Pencerahan
ciri batu akik agar tidak tertipu oleh banyaknya penjual palsu
TRIBUNNEWS.COM, ENREKANG - Demam batu akik, di sejumlah daerah seolah membius warga. Untuk mencerahkan pola pikir para pencinta batu akik, di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, diadakan dialog tentang batu akik. Dialog itu menghadirkan pakar arkeologi dan ulama.
Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Kahmi) Kota Parepare, menggelar dialog tentang demam batu akik, dengan tema 'Fenomena Demam Batu Mulia, dari Sisi Manfaat dan Mudarat', di Kedai Andalusia, Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Bumi Harapan, Kecamatan Bacukiki Barat, Kota Parepare, Sabtu (28/2/2015).
"Acara ini digelar untuk memberikan pencerahan kepada para penggemar dan kolektor batu akik, agar tidak menyalah artikan batu mereka," kata pantia dialog, Rahman Saleh.
Dalam dialog, pakar arkeologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Iwan Sumantri, menjelaskan ciri batu akik agar tidak tertipu oleh banyaknya penjual palsu.
"Ciri-ciri batu mulia atau yang sekarag diistilakan batu akik sangat sederhana, dilihat dari kaca pembesar ada mempunyai serat. Tidak mudah tergores oleh kuku. Dan kemudian jika dibakar tidak berkeriput," kata Iwan.
Sementara pimpinan Pondok Pesantren DDI Kota Parepare, KH. Dr. Halim menjelaskan, batu akik dari sisi manfaat dan mudaratnya.
Kata Halim, dari sisi mudarat, demam batu akik adalah jika kolektor atau penggemar batu akik mempunyai pikiran mistis, atau dalam Islam syirik.
"Sementara dari sisi manfaat, selain indah jika dipakai, demam batu akik ini bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi para pengangguran. Bayangkan dulunya batu itu dijual hanya Rp 200.000 per kubik untuk bahan bangunan, sekarang ada yang dinilai Rp 1.500.000 itu hanya satu bongkahan batu," ucap Halim. (Suddin Syamsuddin)