Petugas Kebersihan Menagih Upah, Sang Anak Malah Dipecat dari Sekolah
Sama sekali tak disangka, setelah dia dipecat sebagai tenaga bersih-bersih di SDN 150 itu, anaknya menyusul diberhentikan
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Prestasi anak berinsial siswa kelas 2 SD Negeri 150 Palembang, Ra selalu masuk rangking lima besar di kelas. Namun itu tak diperhitungkan lagi oleh sang Kepala SDN 150 Dra Mirahidaya MM.
Ra tetap diberhentikan, dengan alasan yang tak bisa diterima oleh keluarga. (Baca juga : Disdikpora Palembang Bakal Panggil Kepsek)
Dewi, ibu Ra, mengatakan, anaknya diberhentikan karena Kepsek Mirahidaya kesal Dewi sering menagih uang Rp 500 ribu sebagai upah bersih-bersih sekolah.
Mirahidaya, saat dikonfirmasi membantah telah memberhentikan Ra secara sepihak.
Sementara Dewi, heran atas pemberhentian anaknya di sekolah itu. "Salah apa anak saya. Jika dia mau marah sama saya, silakan, tetapi jangan berhentikan anak saya karena ia masih mau sekolah," kata Dewi, berkaca-kaca.
Tribun Sumsel menyambangi kediaman kerabat Dewi di Jl Kol H Barlian Lr Mitra Haji 1, Jumat (20/3/2015).
Dia terlihat begitu sedih. Sama sekali tak disangka, setelah dia dipecat sebagai tenaga bersih-bersih di SDN 150 itu, anaknya menyusul diberhentikan.
"Saya ini cuma mau minta upah saya pak, ditambah lagi upah ngecat Pos Satpam yang telah dikerjakan suami saya sebagai buruh bangunan. Namun uang Rp 500 ribu itu belum juga dibayarkannya, malahan dia (Mirahidaya, Red) marah-marah," kata Dewi, tersedu-sedu.
Menurut Dewi awal mula anaknya dikeluarkan dari sekolah karena dia berulang kali menagih upah telah bekerja sebagai tukang bersih-bersih di sekolah tersebut.
Namun uang yang ditunggu-tunggu untuk makan sehari-sehari itu tidak kunjung dibayarkan, malahan anaknya ketiban getah.
"Waktu itu saya ke sekolah karena Ra kok belum pulang, padahal siswa lain yang masuk pagi sudah pulang semua. Ketika saya mau jemput Ra, ia malah keluar dari ruangan guru, di sanalah saya langsung dikasih map warna biru. Isinya surat pemberhentian anak saya," kata Dewi.
Ketika itu juga ia dipesankan oleh guru kelas, bahwa kata kepala sekolah, Rasya tidak usah masuk lagi, pada Sabtu.
Saat itulah Dewi baru tahu jika anaknya telah dikeluarkan dari sekolah.
"Saya kasihan dengan Ra, lihat sendiri hasil raportnya, ia itu selalu masuk 5 besar dalam kelas. Kami ini memang orang miskin, tapi jangan diinjak-injak seperti ini," katanya, sambil terisak-isak di dampingi Ra.