Ini Rahasia Kekebalan Pemerah Madu dari Tomohon
Dengan modal pelepah kelapa yang kering,dan tali panjat serta ilmu kebal badan Yanis (53) bisa membawa pulang madu hutan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Madu hutan dipercaya berhasiat bagi orang yang meminumnya,namun tahukah anda untuk mengambil madu tidaklah sembarangan dan harus memiliki keahlian tersendiri.
Dengan modal pelepah kelapa yang kering,dan tali panjat serta ilmu kebal badan Yanis (53) bisa membawa pulang madu hutan dalam jumlah yang banyak.
Namun pantangan besar untuk pemburuh madu jangan kencing di bawah sarang lebah,meskipun lebahnya berada tinggi diatas pohon, Rabu (25/3/2015).
Ketika ditemui diruas jalan Sam Ratu Langi terlihat Yani, pria asal Tomohon mengendong sarang lebah yang masih ada lebahnya. Menurut dia hal ini dilakukan agar pembeli memang tahu bahwa madunya benar-benar asli.
"Saya tahu banyak yang jual madu palsu yang sudah dicampur dengan gula aren, madu saya benar ali sebab masih ada lebahnya. Untuk penjualan ini semuanya tergantung pembeli mau yang mana,masih ada sarang atau yang sudah dalam botol,”ujarnya.
Ia mengatakan sebotol madu dijual dengan harga Rp.170.000.
”Saya menjual dengan harga seperti itu alasannya sebab madu ini asli dan tidak ada campuran sama sekali. Jika terlalu murah kan kualitasnya juga tidak baik, dan dapat diragukan. Saya mencarinya di hutan dan langsung menjualnya dalam kondisi utuh,”ujarnya.
Menurut dia ada bulan khusus untuk mengambil madu.
”Madu harus diambil pada bulan tertentu seperti bulan mati,agar madu ini tidak dierami sang induk dan menjadi telur. Pemilihan tempat memang masing-masing punya resikonya tersendiri,jika mengambil diatas pohon pastikan anda tidak kencing dibawahnya. Ini merupakan pantangan bagi seorang pemerah madu,dimana lebah akan menjadi liar saat kena uap kencing. Meski sudah mengunakan cairan oli dan sebaginya ditubuh pasti lebah akan menyerang,”ujarnya.
Ia mengatakan dengan modal pelepah kelapa yang sudah kering dan ilmu kebal badan bisa mengambil madunya.
”Untuk mengambil madu sediakan pelepah kelapa yang sudah kering atau sabut buah kelapa untuk dibakar. Dalam proses pemanjatan pohon sabut kelapa sudah dibakar terlebih dahulu maka lebah akan kebingungan. Jangan takut ketika masih berada dekat dengan sarangnya sebab jika masih ada ratunya mereka masih akan bekerja. Untuk pelepah kelapa disiapkan ketika lebah ini tidak bisa lagi dijinakan, maka inilah jalan satu –satunya dengan membuat api besar,”ujarnya.
Pekerjaannya merupakan pekerjaan turun temurun.
”Sebenarnya pekerjaan ini adalah pekerjaan turun temurun pemberian sang orang tua. Saya juga dibekali dengan ilmu kebal sengatan lebah,hal ini memudahkan saya dalam proses penjinakan dan mengambil sarang lebah. Pekerjaan saya memang bertani,namun ingin mendapatkan hasil tambahan makan keluarga saya mengikuti jejak orang tua,’ujarnya.
Ia mengatakan bisa menyapu lebah walaupun masih dalam sarangnya.
”Meski mereka berkumpul banyak dalam sarang,namun saya bisa menyapu mereka dengan tangan dan memindahkan ke cabang pohon tanpa takut disengat. Meski demikian ada pantangannya,yaitu tidak mengencingi daerah tempat berkumpulnya lebah ini,jika melakukan hal ini maka kekebalan yang dimiliki akan hilang dan bisa menjadi sasaran empuk lebah,”ujarnya.
Sebenarnya untuk mengambil madu ini ada bahasanya juga,namun itu adalah rahasia yang tidak bisa diungkapkan.Jadi sebelum memanjat harus membaca mantera dulu,agar lebahnya bisa tenang. "Awalnya saya tidak yakin namun setelah sering ikut orang tua dulu,akhirnya saya percaya bahwa lebah tidak akan menyengat. Dengan mantera ini bukan hanya bisa menyapu,namun bisa mematahkan bongkahan berisi madu walaupun masih ada lebahnya,”ujarnya.
Selain cara ini ada juga cara jitu yaitu memindahkan ratu lebah.”Ratu lebah seperti ulat besar,jika saat mematahkan sarangnya dan mendapatkan induk dari semua lebah ini segera pindahkan maka mereka tidak akan focus kepada pemburu sarang,”ujarnya.
Dia sendiri pernah mengambil madu di tempat berbahaya seperti pohon dengan ketinggian sekitar 30 meter bahkan lebih.”Saya paling sering memanjat pohon dimana tidak ada lagi yang mengaku untuk mengambil sarang lebah,memang saya tahu ini adalah pekerjaan yang mempertarukan nyawa. Namun itu masih belum terlalu berbahaya dibandingkan ketika saya memanjat tauwer listrik,memang saya tahu disitu ada tulisan larangan yaitu awas tersengat. Namun ketertarikan saya ini tidak bisa menghambat larangan tersebut ketika saya melihat segendong sarang lebah yang kelihatan subur dan memiliki madu yang banyak,”ujarnya.
Karena memiliki jiwa serang pemerah madu akhirnya ia nekat memanjat.”Saya berani memanjat dan mengambil madunya. Saya tidak bisa membayangkan ketika meraih sarang ini dan mendapatkan madu sekitar tiga ember besar. Dari sinilah saya semakin nekat dan tidak takut memanjat sekalipun dapat menghilangkan nyawa saya,saya merasa pekerjaan ini sudah melekat begitu dasar dalam kehidupan saya,”ujarnya.(tribun manado/felix tendeken)