Risma Tertawa Bertemu Tukang Kebun yang Dulu Pergoki Dia Bolos
Risma merasa kembali bernostalgia dengan almamaternya tersebut.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan inspeksi mendadak ke beberapa sekolah penyelenggara Ujian Nasional (UN).
Ada 2 sekolah yang menjadi sasaran sidak bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan, yakni SMKN 8 sebagai penyelenggara unas tulis (PBT) serta SMAN 5 penyelenggara Unas berbasis komputer (CBT) pada, Senin (13/4/15).
Tim sidak berangkat dari kediaman wali kota di Jalan Sedap Malam, pukul 06.30 WIB. Sidak dilakukan untuk mengecek kesiapan sekolah dalam menyelenggarakan Unas CBT maupun PBT.
Sidak pagi ini sebenarnya di luar rute awal yang direncanakan, yakni SMKN 8 Jalan Kamboja, SMA-SMK Barunawati Jalan Perak, dan SMAN 8 Jalan Danakarya. Entah apa yang membuat Risma tiba-tiba berubah pikiran langsung beralih ke SMAN 5 dan mengakhiri sidak.
Padahal di SMA-SMK Barunawati, AKBP Arnapi Kapolres Tanjung Perak sudah siap menyabut kedatangannya.
Kepala sekolah dan Kasat Binmas Polres Tanjung Perak bersama beberapa anggotanya siap mengamankan.
Akhirnya AKBP Arnapi meninggalkan lokasi pukul 08.00 WIB sebab Risma batal datang.
"Saya ke Polsek Pakal, ada peresmian gedung di sana," ungkap AKBP Arnapi saat ditemui SURYA.co.id di SMA Barunawati Surabaya, Senin (13/4/15).
Mungkin ini yang membuat Risma mengubah rute. Ada hal berbeda saat ia melakukan sidak ke SMAN 5 Surabaya.
Risma merasa kembali bernostalgia dengan almamaternya tersebut.
Ia mengaku saat SMA suka bolos dan aksinya itu sering dipergoki oleh tukang kebun sekolah serta penjaga kantin.
Saat menceritakan itu Risma tak kuasa menahan tawa. Ia pun menunjukkan lorong pintu masuk yang sering dilewati saat membolos.
“Aku dulu kalau bolos lewat sini,” ungkap perempuan kelahiran Kediri 20 November 1951 itu.
Lucunya, ia mengaku selalu membolos saat jam pelajaran terakhir, tapi hanya bila keesokan hanrinya dia mengikuti ujian.
Alasannya karena ingin belajar atau justru melihat pertandingan.
Tak lama, Risma menyalami seorang tukang kebun sambil tersenyum.
“Terus aku juga sering ketahuan sama ini, hehehehe,” ungkap alumnus yang lulus SMAN 5 pada 1980 itu.
Tak jarang aksi ini pun dipergoki gurunya. Sehingga tas yang ia bawa terpaksa ditahan. Kalau sudah begitu, Risma merengek agar dikembalikan.
Baginya para guru yang tahu kelakuannya uniknya itu pasti mengerti, anak yang aneh justru lebih unggul dari kawan lainnya.
Penulis: Magdalena Fransilia
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.