Mantan TKW Sukses Membuat Makanan Olahan Wingko dan Bakpia Waluh
Mantan TKW tersebut kembali menemukan geliatnya. Mereka sukses membuat dan memasarkan makanan olahan
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yoseph Hary
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Bertahan di negeri orang bertahun-tahun lamanya, perempuan-perempuan warga Jangkaran pulang ke kampung halaman masih dengan beban. Akan bekerja apa lagi setelah lelah membantingtulang sebagai tenaga kerja wanita (TKW)?
Ini lah sepenggal kisah perjuangan para perempuan mantan TKW untuk menjaga dapur rumah tetap mengepul. Hasil bekerja sebagai TKW bagi beberapa orang mungkin besar. Terlepas dari banyaknya kisah pilu para TKW, beberapa ada yang berhasil membangun rumah di tanah kelahiran.
Namun, kembali menjadi ibu rumah tangga dan istri yang baik, mereka tak mau tinggal diam melihat suaminya menanggung beban keluarga sendirian. Berawal dari kegelisahan seperti ini, para mantan TKW warga Jangkaran Kecamatan Temon ini berusaha tetap berdayaguna.
Bergabung dalam Kelompok Asuh Keluarga Binangun (KAKB) Purna TKI Maju Lestari, para mantan TKW tersebut kembali menemukan geliatnya. Mereka sukses membuat dan memasarkan makanan olahan jenis Wingko dan Bakpia Waluh. Kini, mereka berinovasi membuat telur asin rasa soto.
"Sebagai perempuan hidup kami mungkin cukup berat sampai harus menjadi TKI. Tapi kini kami harus buktikan di negara sendiri pun harus pantang menyerah. Kami juga punya jiwa Kartini," ujar seorang mantan TKW, Musriah (40).
Perempuan satu anak asal Jangkaran ini merupakan satu di antara tujuh mantan TKW yang tak ingin berdiam diri di rumah. Pengalaman 21 tahun menjadi TKW di Arab Saudi, Musriah mendapat tempaan keras untuk menjalani hidup.
Niat baiknya tak sia-sia. Bersama KAKB TKI Purna Maju Lestari, Musriah dan sesama mantan TKI lainnya berhasil memperoleh omzet per bulan dari produksi Wingko sebesar Rp 10 juta. Kelompok usaha ini bahkan pernah mencapai omzet Rp 25 juta pada Desember tahun lalu.
Pengembangan produksi olahan makanan terbarunya, berupa telur asin rasa soto, bahkan sudah menembus pasar modern Mirota Kampus. Per minggu, mereka harus memasok 60 kardus berisi tiga butir telur per kardus. Cukup menarik, karena pembuatan telur asin rasa soto ini sebenarnya baru dimulai sejak Februari 2015.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.