Cerita Mistis di Balik Penemuan Batu Bacan 1,5 Ton
Cerita tersebut terjadi karena kurang perhatian pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan kepada para penemu batu.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, HALMAHERA SELATAN - Ada cerita mistis dibalik penemuan batu bacan seberat 1,5 ton.
Cerita tersebut terjadi karena kurang perhatiannya pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan kepada para penemu batu.
Cerita ini berkembang di masyarakat Pulau Bacan.
Seperti diceritakan oleh Ari (21 tahun), mantan penambang Batu Bacan.
Dia mengatakan saat ditemukan batu itu berwarna hijau, namun karena ada tindakan semena-mena dari pemerintah setempat, maka batu itu berubah warna.
"Awalnya batu berwarna hijau, namun karena bayar tidak sesuai maka batu berubah menjadi warna coklat," kata Ari, pria yang pernah menjadi penambang batu bacan saat ditemui Tribunnews.com di Pasar Baru Labuha, Minggu (26/4/2015).
Setelah batu itu ditemukan oleh warga sekitar di desa Palamea, Pulau Kasiruta pada tahun 2014, batu tersebut sempat ditaruh di Musala Palamea.
Kemudian, pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan menjanjikan untuk membiayai pengangkutan batu dan para pekerja sebesar Rp2 miliar.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan memang menepati janji untuk membayar.
Namun, menurut Ari, jumlah yang dibayar hanya sebesar Rp70 juta.
Dia mensinyalir ini yang menyebabkan batu tersebut berubah warna.
"Batu ditaruh di Mushola Palamea. Batu ditutup sarung berwarna putih. Tetapi, saat sarung tersebut dibuka, batu berubah menjadi warna lain. Awalnya berwarna hijau. Jadi tidak sesuai karena batu berubah seperti itu," kata dia.
Apabila berkunjung ke Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Anda dapat melihat batu bacan seberat 1,5 ton.
Batu tersebut ditaruh di halaman depan komplek Keraton Bima Kesultanan Bacan.
Batu bacan berwarna coklat ada corak hijau tersebut ditemukan oleh warga di desa Palamea, Pulau Kasiruta.
Batu itu dibawa ke komplek Kesultanan Bacan yang terletak di Labuha pada April 2015.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, merencanakan batu bacan seberat 1,5 ton tersebut akan dijadikan monumen.
Ini sebagai pertanda bahwa batu bacan yang berasal dari pulau itu dan sudah mendunia tersebut berasal dari pulau di wilayah Indonesia Timur.