Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sentra Kerajinan Akar Jati Tunggu Janji Jokowi Datangkan Desainer Prancis

"Beliau menjanjikan akan mendatangkan desainer dari Prancis untuk membantu pengrajin di sini. Tujuannya, supaya kerajinan lebih berkembang."

Editor: Y Gustaman
zoom-in Sentra Kerajinan Akar Jati Tunggu Janji Jokowi Datangkan Desainer Prancis
Surya/Iksan Fauzi
Seorang perajin menata hasil kerajinan dari bahan akar kayu jati, Bojonegoro, Minggu (26/4/2015). 

Laporan Wartawan Surya, Iksan Fauzi

TRIBUNNEWS.COM, BOJONEGORO - Sentra kerajinan akar jati di Desa Geneng, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ramai tiap pekan. Aktivitas jual beli berlangsung antara pengrajin dan pembeli yang jauh dari daratan Eropa dan Amerika. Umumnya mereka adalah pebisnis mebel dan souvenir yang sekali beli barang bisa dua hingga tiga truk.

Warga asing yang sering datang dan membeli kerajinan berbahan akar kayu jati erosi antara lain Belanda, Jerman, Prancis, Italia, Brasil, Argentina, Inggris, dan Yunani. Selain melayani warga asing, para pengrajin melayani pebisnis mebel dan suvenir asal Bali, Jepara, dan Yogyakarta.

Desa Geneng berada di sepanjang Jalan Raya Ngawi Cepu, sekitar 55 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Bojonegoro. Adalah hutan jati yang membentang sekitar 15 kilometer sebagai batas pemisah Desa Geneng dengan desa lainnya. Kini, akses ke desa itu tak lagi tanah tapi beton.

Ada tiga rute untuk menuju Desa Geneng. Pertama, lewat Ngawi, Bojonegoro dan lewat Cepu, Jateng. Rute Ngawi dan Cepu lebih dekat dibanding dari Bojonegoro. Meski sudah menjadi sentra, kawasan itu masih jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Pekan lalu, Harian Surya mendatangi kawasan sentra akar jati saat terik matahari menyengat kulit. Di halaman rumah warga ada tumpukan akar jati. Ukurannya dari kecil hingga besar. Akar-akar tersebut ada yang sudah didesain membentuk daun, meja, dan kursi.

Ketua Paguyuban Jati Aji yang menaungi 80-an pengrajin di sana, Yuli Winarno, mengatakan sebelum menjadi sentra kerajinan, desanya seringkali menjadi aksi para begal motor. Begal lalu lalang di jalanan hampir tiap malam.

BERITA REKOMENDASI

Diperkirakan, ‘profesi’ begal disebabkan karena warga hidup miskin. Rata-rata, mereka menjadi buruh tani atau pencari kayu bakar di hutan. Pendidikannya hampir 95 persen tamatan sekolah dasar.

Yuli memiliki cerita sendiri tentang kawasan sentra ini sebelum tahun 2.000. Menurutnya, penduduk di Desa Geneng sangat miskin. Pekerjaan hanya cari rencek (kayu bakar), membuat arang, mencari tanah uruk, dan buruh tani.

Usai reformasi, penjarahan hutan di sekitar desa itu terjadi begitu luar biasa. Namun, pelakunya berasal dari Blora dan Ngawi. Warga Desa Geneng cuma menjadi penonton saja, sementara, saat itu pekerjaan sulit dicari.

Suatu ketika, ada beberapa warga desa mengambil rencek bentuknya bonggol dari hutan lalu dilubangi, setelah itu ditaruh di halaman rumah. Lalu, ada pengendara lewat dan mampir, kemudian membeli bonggol itu.

Pengalaman di keluarga Yuli, tahun 2001, ada tetangganya utang Rp 300.000. Namun, tetangganya tak bisa membayar. Dia lantas menyerahkan kursi panjang berbahan kayu jati kepada keluarga Yuli.

“Saya pasang kursi itu di depan buat jagongan. Kemudian ada orang lewat, dia suka. Lha kursi itu dibeli Rp 750.000,” cerita Yuli sambil senyum.

Lambat laun, waktu telah mengubah nasib warga desa. Sekitar tahun 2002, warga yang hidup di desa dekat kawasan hutan jati itu mulai menaruh benda-benda terbuat dari kayu jati di halaman rumah.

Halaman
12
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas