Gagal Jadi PNS Wanita Ini Hidup Terpasung Selama 30 Tahun
Mantan guru SD ini sudah sekitar 30 tahun dipasung di sebuah gubuk kecil di belakang rumahnya di dekat sawah.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Imam Taufiq
TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Kota Blitar, Jawa Timur, memiliki cukup banyak warga yang hidup dalam pasungan. Selama ini keberadaan mereka tidak mendapat perhatian sama sekali.
Melihat kondisi seperti itu, Politeknis Kesehatan Kota Blitar melakukan gerakan pembebasan pasung terhadap orang gila. Utamanya, mereka yang sudah bertahun-tahun dipasung.
Hasil penelusuran tim Poltekes selama dua hari ini, menemukan sebanyak 25 orang gila di Kota Blitar yang sudah bertahun-tahun dipasung. Bahkan, ada yang sudah sampai 30 tahun.
Munti'ah (62), warga Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar, misalnya. Mantan guru SD ini sudah sekitar 30 tahun dipasung di sebuah gubuk kecil di belakang rumahnya dan dekat sawah. Kaki kirinya dirantai dan diikatkan ke tiang gubuknya.
Rabu (29/4/2015) siang, ia didatangi tim Poltekes Blitar yang turut melibatkan Puskemas Sukorejo, kelurahan setempat dan RT/RW setempat. Tim menemui Ridawati (66), kakak Munti'ah, yang juga pensiunan Pegawa Negeri Sipil (PNS) sebagai guru SMP.
Semula, Ridawati menolak tawaran tim, yang akan membebaskan adiknya dari ikatan rantainya. Alasannya, dirinya masih mampu merawatnya. Keluarga mengikat Munti'ah agar tak kemana-mana. Jika dilepas, khawatir akan menggangu tetangga.
"Untuk menyembuhkannya kami sudah berusaha berbagai cara, mulai medis sampai nonmedis, dengan biaya tak terhingga," jelas Ridawati yang mengaku adiknya harus dipasung karena depresi akibat tak segera diangkat jadi PNS.
Setelah mendengar penjelasan Ridawati, Sri Winarsih, ketua tim yang juga ketua bidang program studi Poltekes Kota Blitar, tak putus asa. Ia sabar menjelaskan, bahwa Munti'ah tak dilepas begitu saja.
Winarsih menjanjikan Tim akan mendampingi Munti'ah. Bahkan, tiap hari timnya akan berkunjung untuk mengajari perilaku Munti'ah seperti mandi, cara berpakaian, makan, berkomunasi. Yang penting, Munti'ah harus menjalani terapi dan minum obat.
"Jangan khawatir, dia enggak kami bawa ke mana-mana, tetap di rumah sini. Ia hanya kami bebaskan dari pasungnya, supaya bisa hidup layaknya seperti kita. Jangan malah dipasungkan seperti itu," jelas Winarsih.
Tim sudah menyiapkan petugas khusus yang akan mengontrol Munti'ah mulai pagi dan sore. Tugas tim adalah merawat orang-orang seperti Munti'ah. Mereak tak hanya mengajari mandi, berganti baju, tapi juga memberikan asupan makan bergizi, sampai mengajari berkomunasi dengan orang lain.
Setelah mendapat penjelasan seperti itu, Ridawati membolehkan rantai yang mengikat kaki kiri adiknya dilepas. Saat itu juga, tim langsung memandikan.
"Memandikan pun ada caranya. Harus seperti ini, rambutnya harus dikeramas kemudian disisir. Baru ia disuntik dan diajak ngobrol. Intinya dia butuh diperhatikan, bukan malah diasingkan. Itu cara merawat orang gila agar cepat sembuh," paparnya.