Sekolah Memprihatinkan Nyaris Roboh Ini Berada di Daerah Kaya Tambang
Salah satu sekolah yakni MTs Miftahul Jannah bisa jadi sekolah yang paling memprihatinkan di Kabupaten yang berjuluk Banua Sanggam ini.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, PARINGIN - Salah satu sekolah yakni MTs Miftahul Jannah bisa jadi sekolah yang paling memprihatinkan di Kabupaten yang berjuluk Banua Sanggam ini.
Ya, sekilas nampak dari luar mata memandang sekolah tersebut biasa saja, tetapi jika dilihat lebih dekat maka sekolah yang terletak di Jalan Simpang Tiga Rt 1 Desa Lalayau Kecamatan Juai Kabupaten Balangan ini sungguh sangat memprihatinkan.
Jauh sekali dari kondisi layak, malah kondisi sekolah nyaris roboh, empat ruangan yang ada, hanya satu kelas yang layak dijadikan ruang belajar, itupun juga sangat jauh dari kesan kenyamanan.
Sementara tiga ruang kelas lainnya yakni kelas 7 dan 8 dan ruang guru sama sekali tidak bisa disebut ruangan yang layak.
Dinding ditiga ruangan tersebut bolong dan lapuk, sementara lantainya hanya tanah, hanya sedikit ada semennya.
Kondisi demikian semakin diperparah jika hujan dan angin kencang, tiga ruangan terancam roboh dan bila hujan akan banjir sampai kedalam ruangan.
Demikian dengan halaman, dipenuhi rumput yang lebat menambah kondisi demikian lengkap seperti tak pernah terawat.
"Miris, sedih dan kaget saat pertama kali saya dipindahkan ke sekolah ini, saya langsung menangis melihatnya," ucap Kepala Sekolah Ramdiati saat ditemui BPost Online.
Perempuan yang akrab disapa Bu Ram ini mengungkapkan, awalnya sekolah berstatus madrasah ibtidaiyyah sudah didirikan sejak tahun 90an.
Namun karena berdekatan dengan salah satu SD, status tersebut dihapus, tahun 2009 berganti menjadi MTs Miftahul Jannah dibawah naungan Kementerian Agama.
"Pas saya dipindah ke sini, bangunannya sudah seperti ini, malah dulu lebih parah lagi, terutama akses jalan, selama seminggu saya menangis melihat kondisi sekolah," ungkapnya.
Jangan tanya fasilitasnya, di sekolah yang berada bisa dibilang tidak strategis ini yakni di belakang pemukiman warga hanya memiliki 11 kursi, itupun kursi jaman bahari, jika dihitung hanya lima yang layak untuk diduduki.
"Lemaripun tidak ada, bangku hampir reot semua," sebutnya.