Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Irsyad Merangkak ke Sekolah dan Selalu Meraih Rangking Pertama

Meski cacat fisik, Irsyad berhasil meraih rangking pertama sejak sekolah.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Irsyad Merangkak ke Sekolah dan Selalu Meraih Rangking Pertama
Kompas.com
Irsyad siswa lumpuh asal Majene ini rela merangkak ke sekolah demi bersekolah 

TRIBUNNEWS.COM, MAJENE - Keterbatasan fisik akibat kedua kakinya lumpuh karena terserang polio sejak lahir tak menghalangi bocah Irsyad (12), berjuang demi bersekolah seperti anak-anak seusianya.

Bocah asal Dusun Lombo'na, Desa Tubo Tengah, Kecamatan Tubo Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat ini kerap mendatangi sekolahnya dengan cara merayap setahap demi setahap hingga sampai ke sekolah jika alat bantu jalan pemberian orang sedang rusak.

Meski cacat fisik, Irsyad berhasil meraih rangking pertama sejak sekolah.

Beginilah keseharian irsyad, ia bangun lebih pagi agar bisa mempersiapkan diri ke sekolah lebih cepat agar tidak terlambat ke sekolah. Meski mengalami keterbatasan fisik akibat kedua kakinya lumpuh, namun hampir seluruh pekerjaan dilakukan Irsyad seorang diri dengan cara merayap.

Mulai dari mandi, memakai seragam sekolah seperti baju dan sepatu. Adiknya Huriyansah (7) yang kini duduk di kelas satu SD ini kerap membantu sang kakak memakai celana karena tak mampu berdiri sambil mengenakan seragam sekolahnya.

Agar tidak terlambat, Irsyad berangkat ke sekolah lebih awal. Irsyad kerap merayap setahap demi setahap hingga tiba di sekolahnya yang berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.

Alat bantu besi yang mirip kursi roda yang dirakit keluarganya sendiiri inilah yang menjadi tumpuan Irsyad untuk memudah diirinya sampai ke sekolah.

BERITA REKOMENDASI

Meski kontur jalan di sepanjang rute dari rumah ke sekolahnya cukup menantang karena kondisi medannya terjal dan menanjak, namun alat ini diakui Irsyad cukup membantu dirinya.

Jika kelelahan mendorong alat bantu ini di tengah jalan, sejumlah teman sekolahnya yang menaruh simpatik pada sosok Irsyad yang dikenal sederhana dan santun ini kerap membantu mendorong hingga sampai ke depan pintu kelasnya di madrasah ibtidaiyyah Darul Dakwah Wal Irsyad Lombo'na Majene.

Irsyad pernah mendapat bantuan skuter dari dermawan, namun sarana transportasi untuk Irsyad ini tak bisa ia gunakan lantaran kedua kakinya lumpuh dan tak bisa dijadikan sandaran.

Irsyad mengalami cacat fisik karena kedua kakinya lumpuh akibat terserang polio sejak kecil, ia termasuk siswa yang paling menonjol dan berprestasi di sekolahnya. Sejak kelas satu hingga kelas tiga SD, ia meraih rangking pertama di sekolahnya.

Namun belakangan prestasinya turun di rangking dua dan tiga. Para guru di sekolahnya menduga turunnya prestasi Irsyad yang selama ini mempertahankan prestasi sebagai rangking satu diduga karena bocah sederhana ini sedang mengalami guncangan psikologis sejak ibunya, Almawati, meninggal dunia, saat tengah melahirkan adiknya di rumah sakit setempat setahun lalu.

Meski bersedih kehilangan ibunda yang paling dicintai dan paling berjasa mengurus segala kebutuhan hidupnya, namun Irsyad tampak tetap tegar menghadapi musibah yang sedang menimpanya.

Irsyad yang kini terpaksa harus belajar mengurus dirinya sendiri ini tampak tetap bersemangat datang ke sekolah. Bocah yang bercitra-cita menjadi mubaligh terkenal seperti almarhum Jefry al Bukhori ini tak pernah minder dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya.

Di luar sekolah bocah isryad juga memiliki pretasi lain. Isryad beberpa kali menggondol juara satu lomba ceramah dan musabah al quran tingkat kecamatan. Iryad yang meyakini dirinya memiliki kelebihan seperti mahluk lainnya bertekad ingin membuktikan jika diirnya mampu seperti orang lain.

“Saya tidak malu dan tidak minder, saya percaya tuhan member kelebihan kepada setiap hambanya,” ujar Irsyad.

Ayah Irsyad, Abdul Basir yang berprofesi sebagai nelayan kecil ini menyebutkan anak sulungnya dari dua bersaudara ini mengalami cacat fisik lantaran sejak umur tiga bulan ia terserang polio hingga menyebabkan kelumpuhan kedua kakinya hingga kini. Namun Basir bangga dengan sikap dan kemandirian putranya ini.

Menurut Basir, meski Irsyad mengalami keterbatasan fisik dan harus merayap seorang diri ke sekolah jika alat bantunya rusak.

“Saya bangga punya Irsyad, ia mandiri dan berusaha tidak tergantung pada orang lain. Mudah-mudahan tuhan memberi jalan hidup yang lebih baik,” ujar Basir.

Para guru di sekolahnya pun mengagumi perjuangan sosok Irsyad. Kegigihannya untuk bersekolah seperti anak-anak seusianya ia buktikan menjadi siswa berprestasi di sekolahnya.

Meski dengan kondisi fisik yang terbatas, Irsyad mampu meraih prestasi gemilang yang membanggakan semua pihak termasuk orang tua, guru dan warga sekitar yang berempati dengan sosok dan perjuangan Irsyad.

"Dia anak luar biasa. Meski fisiknya terbatas tapi semnagat belajarnya luar biasa. Tak heran jika prestasinya membanggakan,” ujar Lukman selaku guru Irsyad.

Sejak kematian ibu tercintanya, praktis beban hidup Irsyad makin bertambah. Jika selama ini banyak dibantu sang ibu mengurus kebutuhannya seperti membantu menyiapkan kebutuhan sekolah termasuk seragamnya kini terpaksa harus diurus sendiri oleh Irsyad.

Irsyad yang memahami setiap ciptaan tuhan memiliki kelebihan ini mengaku optimis kelak ia bisa bersekolah tinggi dan menjadi mubaligh ternama seperti sosok almarum Jefry al Bukhori yang dikaguminya.(Kontributor Polewali, Junaedi)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas