Buta dan Ditinggal Orangtua, Slamet Tetap Gigih Berjuang untuk Sekolah
Keterbatasan fisik berupa kebutaan sejak lahir hingga ditinggalkan oleh orangtuanya tak menyurutkan niat Slamet (16) untuk terus sekolah.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Keterbatasan fisik berupa kebutaan sejak lahir hingga ditinggalkan oleh orangtuanya tak menyurutkan niat Slamet (16) untuk terus sekolah.
Remaja asli Muntilan ini pun tinggal di ruang Pramuka di SMP 2 Sewon Bantul karena tidak mempunyai tempat tinggal.
Baginya, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan, apalagi untuk mencapai cita-citanya menjadi seorang penulis.
Sebab, menurut dia, hanya ilmu pengetahuan serta perilaku baik yang mampu melengkapi kekurangan fisik.
"Belajar itu kebutuhan bagi manusia untuk maju ke depan. Saya yang memiliki kekurangan harus mempunyai ilmu pengetahuan mumpuni untuk melengkapi," kata Slamet saat ditemui, Selasa (12/05/2015) siang.
Slamet menuturkan, sejak 2011, ia sudah berada di Yogyakarta dan bersekolah di Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam di Danunegaran.
Selama dua tahun berjalan, ia masih dikirimi uang oleh kedua orangtuanya yang berada di Klaten untuk bayar sekolah dan asrama.
Tahun 2013 menjadi puncak ujian kehidupan Slamet sebab kedua orangtuanya tak kunjung mengirim uang dan tak ada kabar.
Kosong
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini pun memutuskan pulang ke Muntilan untuk menemui kedua orangtuanya. Namun, sesampainya di Muntilan, ia mendapati rumah kontrakan keluarganya sudah kosong.
"Bapak ibu kan ngontrak, pas saya pulang rumah, sudah kosong, mereka pergi, meninggalkan saya," ujarnya.
Dengan perasaan tak menentu, Slamet memutuskan kembali ke Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam di Danunegaran.
Slamet pun harus memutar otak untuk menyelesaikan permasalahan keuangan, sementara ia menginginkan untuk tetap sekolah.
"Sebulan Rp 50.000 itu untuk bayar sekolah, asrama, dan makan di yayasan. Ya binggung harus gimana. Saya hanya bisa berdoa kepada Allah," ucapnya.