Buta dan Ditinggal Orangtua, Slamet Tetap Gigih Berjuang untuk Sekolah
Keterbatasan fisik berupa kebutaan sejak lahir hingga ditinggalkan oleh orangtuanya tak menyurutkan niat Slamet (16) untuk terus sekolah.
Editor: Sugiyarto
Di sudut ruangan ada tape, kipas angin, dan tiga buah piala kejuaraan tenis meja.
Tiga piala itu diperoleh remaja yang saat ini duduk di kelas 7 SMP 2 Sewon Bantul pada 2011 saat memangi lomba catur tingkat DIY. Setelah itu, ia juara lomba cerdas cermat IPA tingkat DIY.
Pada 2013, ia menjuarai lomba tenis meja tingkat nasional khusus difabel.
"Saya ingin terus sekolah dan meraih cita-cita menjadi penulis buku. Ya saya memang kesepian dalam keramaian, tetapi itu tak menghalangi niat untuk meraih cita-cita," ujarnya.
Guru ikut iuran
Kepedulian para guru serta Kepala Sekolah SMP 2 Sewon Bantul agar Slamet tetap bisa sekolah sangat besar. Demi remaja yang sejak SD sudah berprestasi ini, para guru rela menyisihkan uangnya untuk Slamet.
"Dia niatnya begitu besar. Sewaktu cerita tidak kos, saya lalu suruh memakai ruangan sekolah yang tidak terpakai," ucap Kepala Sekolah SMP 2 Sewon Bantul Asnawi.
Tak hanya itu, para guru pun rela menyisihkan uangnya untuk biaya kebutuhan sehari-hari Slamet, mulai dari makan sampai uang saku.
Ketika jadwal latihan tenis meja, tukang kebun sekolahan-lah yang mengantar dan menjemput Slamet.
"Guru-guru sengaja menyisihkan uang untuk Slamet. Ya untuk makan dan kebutuhan lain-lain," ujarnya. (*)