Menelusuri Wangsit Pendirian Keraton Yogyakarta di Kembang Lampir
Sejarah Keraton Yogyakarta tidak lepas dari petilasan Mbang Lampir atau Kembang Lampir di Dusun Mendhak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogya, Hari Susmayanti
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Sejarah Keraton Yogyakarta tidak lepas dari petilasan Mbang Lampir atau Kembang Lampir di Dusun Mendhak, Desa Girisekar, Panggang, Gunungkidul.
Petilasan ini merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan bertapa dan mendapatkan wahyu untuk mendirikan Keraton Yogyakarta. Lokasi petilasan terletak di sebelah timur dari Petilasan Wono Kobaran, jaraknya sekitar 4 kilometer.
Menuju lokasi ini cukup mudah karena jalannya sudah diaspal. Dari jalur utama Wonosari-Panggang, tepatnya di pertigaan Pasar Njuwo, ambil arah kanan melalui jalan desa.
Lokasi Petilasan Mbang Lampir sendiri berada di atas bukit yang rimbun. Pepohonan berukuran cukup besar tumbuh di atas bukit sehingga menjadikan tempat ini cukup asri dan sejuk.
Di atas bukit, ada tiga bangunan, dua bangunan berupa Bansal Prabayeksa di sisi kanan dan kiri serta satu bangunan utama berbentuk rumah limasan.
Untuk masuk ke lokasi Petilasan Mbang Lampir, harus melalui jalan berundak. Warga diperbolehkan masuk ke lokasi pada Hari Senin dan Kamis saja. Namun untuk bisa mencapai bangunan utama, setiap orang harus mengenakan pakaian jawa.
Selain itu, warga yang hendak masuk juga dilarang menggunakan sepatu, tidak boleh mengambil gambar di dalam komplek petilasan serta tidak boleh menggunakan pakaian warga ungu terong atau hijau lumut.
Gerbang Petilasan Kembang Lampir (Tribun Jogja/Hari Susmayanti)
Dari cerita yang berkembang di masyarakat, petilasan ini merupakan tempat pertapaan Ki Ageng Pemanahan, keturunan Brawijaya V untuk mencari wahyu mendirikan Keraton Yogyakarta.
Di tempat itu, Ki Ageng Pemanahan bertapa sehingga mendapatkan petunjuk mengenai wahyu keraton berada di Dusun Giring, Desa Sodo, Paliyan.
Setelah mendapatkan petunjuk, Ki Ageng Pemanahan kemudian pergi ke rumah Ki Ageng Giring, yang berada di Dusun Giring, Sodo, Paliyan. Saat tiba, Ki Ageng Giring sedang tidak berada di rumah. Ki Ageng Pemanahan hanya menemukan kelapa hijau muda saja.
Kelapa hijau muda ini milik Ki Ageng Giring yang sebelumnya dipetik dari pohon yang ditanamnya. Pohon kelapa tersebut menurut cerita merupakan pemberian dari Sunan Kalijogo.
Menurut cerita, kepala muda tersebut berisi Wahyu Gagak Emprit, dimana setiap orang yang meminumnya, anak keturunannya akan menjadi raja di tanah Jawa.