Kala Terpidana Teroris Umar Patek Mengibarkan Sang Merah Putih
Usai upacara, seluruh pejabat dari BNPT, Ditjen Pemasyarakatan dan Lapas Porong mendatangi Umar.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Umar Patek menjadi pengibar bendera merah putih dalam upacara Harri Kebangkitan Nasional. Kabar itu SURYA dari Ali Fauzi, mantan petinggi Jamaah Islamiyah yang juga sahabat Umar Patek.
"Dia kembali ke NKRI," kata Ali kala itu. Tentu saja kabar tersebut sangat mengejutkan.
Umar Patek dikenal anti terhadap konsep NKRI dan azas tunggal Pancasila. Namun, pergulatan Umat Patek dan perlakuan yang diterimanya selama di Lapas Porong, membuka mata hatinya untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Sayang, rencana satu bulan lalu batal. Kabar berikutnya muncul hampir satu bulan kemudian.
Umar Patek yang ditangkap di Abottabad, Pakistan oleh pasukan sekutu pada 25 Januari 2011 itu, bakal mengibarkan bendera merah putih di momen peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).
"Saya berterima kasih kepada Kalapas Porong (Hari Prasetyo) karena diberi kesempatan mengibarkan bendera merah putih di momen Harkitnas. Saya sangat berterima kasih," kata Umar seusai upacara.
Mata Umar berlinang menahan air mata meski tak meleleh saat mengucapkan itu.
Umar menunaikan tugasnya sebagai pembawa bendera dengan baik. Tubuhnya tegak berdiri di tengah terik matahari.
Tangannya tegak memegang erat bendera. Tatapan Umar fokus ke depan. Tak sedikit pun dia menoleh.
Begitu pembawa acara menyampaikan waktu pengibaran, pasukan berjumlah 9 orang itu melangkah tegap.
Umar ada di tengah barisan depan. Langkah Umar kalah panjang dengan dua rekannya di kanan dan kirinya.
Meski sedikit tertinggal, ahli tempur Jamaah Islamiyah itu berjalan tegak.
Begitu bendera dibentangkan, Umar berteriak lantang. 'Benderaaaa, siaaappp'. Pemimpin upacara memberi perintah hormat.
Seluruh peserta langsung meletakkan telapak tangan kanannya di pelipis. Umar tegak berdiri tepat di hadapan tiang bendera. Dia bertugas mengatur alur tali agar tidak terbelit.