Agus Dikejar-kejar Arwah Angeline
Agus menjelaskan alasannya menjeratkan tali di leher dan menaruh boneka di jenazah korban untuk menghindarkannya dari kejaran arwah korbannya.
Editor: Dewi Agustina
![Agus Dikejar-kejar Arwah Angeline](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/warga-berdoa-untuk-angeline_20150613_072412.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Pengacara pendamping tersangka pembunuhan terhadap Angeline (8), Haposan Sihombing menjelaskan hasil pemeriksaan sementara tehadap Agus Tai Hamambai (26).
Menurutnya, hasil penyidikan tersebut menguak sejumlah pernyataan kliennya seputar kematian bocah kelas dua sekolah dasar ini.
Satu di antaranya mengenai keberadaan tali dan boneka di jenazah Angeline.
Agus menjelaskan alasannya menjeratkan tali di leher dan menaruh boneka di jenazah korban.
Menurutnya, cara tersebut dilakukan untuk menghindarkannya dari kejaran arwah korbannya.
"Kata Agus, hal ini merupakan kebiasaan yang dilakukan di tanah kelahirannya," katanya di Polresta Denpasar, Jumat (12/6/2015).
Ia menambahkan, bahwa tali yang ditaruh di tubuh korban ini berasal dari sebuah barang di ruangan tersebut.
Sedangkan sprei yang digunakan untuk membungkus mayat korban menurut pengakuan Agus didapatnya dari luar ruangan yang digunakan oleh pelaku untuk melakukan pembunuhan terhadap Angeline.
"Jadi itu yang kita dapatkan dari Agus mengenai asal tali dan sprei yang digunakan untuk membungkus mayat korban," katanya.
Selain persoalan mengenai asal tali dan sprei, Haposan juga menjelaskan kronologi Agus seputar penghilangan nyawa terhadap bocah yang sebelumnya dikabarkan menghilang ini.
Sesuai dengan pengakuan Agus, awal kliennya menghilangkan nyawa Angeline terjadi pada tanggal 16 Mei sekitar pukul 13.00 Wita.
Saat itu, korban sedang berada di dalam kamarnya sendirian.
Setelah itu, ia kemudian masuk ke kamar Angeline lalu menutup kunci kamar tersebut.
"Ia masuk ke kamar korban dengan tujuan untuk melakukan pelecehan seksual," jelas Haposan.
Namun melihat gelagat dari Agus ini, kata Haposan, Angeline berusaha untuk memberontak.
Karena takut ketahuan oleh ibu asuh korban, ia kemudian memeluk tubuh Angeline.
Namun, karena korban terus memberontak, kliennya tersebut kemudian membenturkan kepala anak itu ke tembok kamar tersebut.
"Selain membenturkan kepalanya, menurut pengakuan Agus, ia juga mencekik leher korban hingga meninggal," katanya.
Setelah melihat korbannya meninggal ia pun membungkusnya dengan sprei yang ia ambil di luar kamar Angeline.
Setelah terbungkus, jenazah korban kemudian disembunyikan di bawah kursi.
"Iya dibawa ke bawah kursi. Terus ia ke luar, sebelum ia dipanggil ibu asuhnya untuk mencari keberadaan Angeline," jelasnya.
Haposan juga mengatakan, bahwa saat kliennya ditanya mengenai kemungkinan Margareith melihat jenazah anak asuhnya tersebut.
Menurutnya kemungkinan besar mantan majikannya tersebut melihatnya.
"Saat mencari tentu masuk ke kamar Angeline. Disitu, ibu asuhnya kemungkinan tahu bahwa anaknya meninggal," katanya.
Ia juga mengungkapkan kejanggalan mengenai selisih waktu antara pembunuhan dengan penguburan jenazah yang mencapai tujuh jam yakni dari pukul 13.00 Wita hingga pukul 20.00 Wita.
"Sampai sekarang saya belum memperoleh gambarannya. Padahal jelas, kalau ibu asuhnya mencari ada kemungkinan bahwa ia tahu anaknya meninggal. Nah ini tidak, terus apa yang terjadi di rumah itu dalam kurun waktu tersebut," kata Haposan.
Kata dia, meski sudah mengikat leher Angeline dan menaruh boneka di jenazah di jasad anak tersebut, kliennya tersebut mengaku sempat dikejar-kejar oleh arwah anak mantan majikannya tersebut.
"Dalam sebuah tidurnya katanya ia sempat dikejar-kejar oleh jenazahnya," katanya.
Misteri tali korden dan bed cover
Meski polisi sudah menetapkan Agus Tai Hamdani sebagai tersangka, publik tampaknya tidak sepenuhnya percaya pembunuh Angeline hanya satu orang.
Karena itu, polisi diminta mengungkap kemungkinan tersangka lain dan tidak hanya berhenti pada pemeriksaan terhadap Agus, pembantu di rumah Margareith.
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Aris Merdeka Sirait, menduga kasus pembunuhan tersebut dilakukan secara bersengkongkol.
Tidak mungkin hanya Agus yang melakukan. "Saya yakin ini kasus ini adalah sebuah persekongkolan jahat," tegas Sirait.
Margareith diduga terlibat dalam persengkongkolan tersebut. "Pasti ada aktor lain, pasti ada itu," yakinnya.
Untuk itu, polisi harus mampu mengungkap kasus tersebut secara tuntas.