Kehidupan Agus Tai, Selama di Bali Sempat 2 Kali Kirim Uang
Sebelum mengadu nasib ke Bali, pria tidak tamat SD itu tinggal bersama orangtuanya di Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.DENPASA - Agustinus Tai alias Agus merupakan anak kelima dari sepuluh bersaudara, buah cinta pasangan Markus Djawa Mila Ata, dan Kandokang Madi.
Ayahnya Markus Djawa telah meninggal tahun 2010.
Sebelum mengadu nasib ke Bali, pria tidak tamat SD itu tinggal bersama orangtuanya di Desa Rambangaru, Kecamatan Haharu.
Rumah orangtua Agus berdiri di atas lahan kebun.
Rumah panggung beratap seng dengan lantai dari batang bambu.
Dinding depan dari bilah bambu yang dianyam.
Dinding belakang dari batang jagung solor.
Masyarakat setempat menyebutnya wudi. Wudi sebesar ibu jari orang dewasa itu diikat satu per satu pada kayu rangka dinding.
Sementara dinding kamar tidur dari aneka bahan, di antaranya anyaman daun kelapa, wudi dan kertas zak semen.
Dengan dinding yang bercelah-celah, membuat penghuni rumah dapat dilihat dari luar.
Dapur dibuat gandeng rumah.
Atapnya alang dengan dinding daun kelapa.
Seperti rumah, dapur juga berbentuk panggung. Lantainya dari batang bambu.
Setelah kepergian Agus, rumah itu ditempati Kandokang Madi beserta adik-adik Agus, terkecuali Yanti.
Yanti yang merupakan adik bungsu Agus, tinggal bersama seorang kakaknya. Kakak-kakak Agus sudah menikah dan tinggal terpisah.
Dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata, Kandokang Madi menuturkan kepergian Agus ke Bali sepengetahuan dirinya.
Kakak dan adiknya juga tau.
Menurut Hiwa, sejak ada di Bali, mereka sering komunikasi.
Hal ini dibenarkan juga oleh Hiwa Hamandoru, kakak sulung Agus.
Hiwa mengungkapkan, dia terakhir kali berkomunikasi menggunakan hand phone (HP) dengan Agus pada bulan Maret 2015.
Saat itu, lanjutnya, Agus memberi kabar bahwa dia sudah dapat kerja baru sebagai penjaga hewan (ayam dan anjing).
Agus juga menginformasikan bahwa dia tinggal di rumah majikannya.
Kandokang Madi menuturkan, selama dua tahun bekerja di Bali, Agus dua kali mengirim uang untuk keluarga.
"Sudah dua kali kirim uang. Yang terakhir Rp 200 ribu," ujarnya setengah berbisik. (*)