Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Panen Padi Karomat Terganggu akibat Pembangunan PLTU Batang

Pembangunan PLTU Batang membuat panen padi Karomat, dari sedikitnya tiga kali setahun, kini hanya satu kali panen setahun.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Panen Padi Karomat Terganggu akibat Pembangunan PLTU Batang
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Arif dari Green Peace Indonesia, Abdul Halim, Karomat, Cahyadi. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pembangunan PLTU Batang membuat panen padi Karomat, salah seorang warga Batang, dari sedikitnya tiga kali setahun, kini hanya satu kali panen setahun karena lingkungan sawahnya dilingkari oleh tanah-tanah yang telah dimiliki pihak Bimasena Power Indonesia (BPI), sebagai pengelola PLTU Batang.

"Tanah saya satu hektar kini dikelilingi tanah-tanah yang telah dibeli BPI. Jadi kini saluran air kami distop sehingga pengairan sawah jadi sulit sekali sehingga panen hanya sekali setahun, membuat susah keluarga kami," kata Karomat khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (30/7/2015).

Karomat juga berharap agar anggota parlemen Jepang dan Pemerintah Jepang serta perusahaan Jepang seperti J-Power dan Itochu agar bisa terbuka matanya melihat kelakuan BPI.

"Saya berharap mereka agar sadar terhadap perilaku BPI yang melakukan pelanggaran yang serius di Indonesia. Saya pun merasa seperti terjajah karena menjadi tak bisa kemana-mana lagi telah dikurung mereka," tambah Karomat.

Keprihatinan mereka juga terhadap dampak situs makam yang ada di dekatnya.

"Kalau pembangunan PLTU Batang jadi dan selesai dibangun maka ada situs budaya makam keramat di sana juga akan menjadi rusak tidak lagi anggun atau dihormati seperti selama ini," tambahnya.

Meskipun warga Batang menentang PLTU Batang, tapi Karomat mengusulkan agar JBIC mendanai hanya proyek yang bersih dan akrab lingkungan.

"Kalau pembangkit listrik dari energi terbarukan seperti tenaga air, angin, matahari maka kami mendukungnya, jangan batu bara. Tolong JBIC menyetop proyek tersebut," ungkap Karomat yang berharap pembangkit listrik yang lebih baik.

"Mereka warga Batang diintimidasi diancam dalam pembangunan bahkan para nelayan tak bisa menangkap ikan lagi. Sementara hasil PLTU dari pengalaman dan penelitian kami justru untuk kalangan industri bukan untuk masyarakat," kata salah satu eksekutif Green Peace Indonesia Arif Fiyanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas