Seorang Pemulung Menjerit Histeris di Puing-puing Kebakaran Lhokseumawe
Asmaniar (38), seorang pemulung di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, menjerit histeris
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM. LHOKSEUMAWE – Asmaniar (38), seorang pemulung di Desa Mon Geudong, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, menjerit histeris saat mengumpulkan puing-puing sisa kebakaran rumah berkontruksi kayu miliknya, Senin (3/8/2015) pagi.
Kebakaran sekitar pukul 16.00 WIB, sore kemarin membuat rumah dia, dan lima keluarga pemulung lain kehilangan tempat tinggal. Enam rumah berkontruksi kayu yang dihuni oleh 16 jiwa ludes rata dengan tanah.Keenam rumah itu adalah milik Nurbaidah (55), Ruwaidah (35), Dedi Saputra (24), Asmaniar (38), Tata (35) dan Tores (40).
Pagi ini, Asma terlihat terus menangis sambil mengumpulkan barang-barang yang terbakar dalam puing-puing rumah tersebut. Janda tersebut baru sekitar tiga bulan yang lalu tinggal di kawasan itu, untuk menjadi pemulung di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya. Barang bekas yang sudah mereka kumpulkan juga ikut terbakar.
“Tiba-tiba saja saya melihat asap tebal mengepul dari rumah yang dikontrakan kepada Jamillah. Lalu saya menyuruh seorang anak untuk memastikan sumber asap tersebut. Lalu terdengar teriakan ‘kebakaran-kebakaran’,” sebut saksi mata kejadian itu, Zubaidah.
Zubaidah dan korban lainnya mengaku tidak mengetahui sumber api. Sebab, saat kejadian tidak ada penghuni rumah yang sedang memasak. Namun, mereka menduga sumber api disebabkan arus pendek listrik.
“Kalau saya tetap bertahan di sini, tapi bagi mereka yang memiliki saudara kemungkinan bisa menumpang di rumah saudaranya itu untuk sementara waktu,” ujar Zubaidah dan juga Asmaniar.
Mereka berharap Pemerintah Kota Lhokseumawe, memberikan modal kerja agar bisa bertahan hidup dan mencari rumah sewa yang baru. “Jika memungkinkan kami harap pemerintah membangun rumah sederhana untuk kami yang orang miskin ini,” sebut Asma sembari menyeka air matanya.
Lalu, dia kembali mengumpulkan besi bekas kebakaran dari rumahnya. Dia berharap, besi itu bisa dijual untuk bertahan hidup sementara waktu.
Sementara itu, Ketua Taruna Siaga Bencana (Tagana) Lhokseumawe Samsul Bahri menyebutkan hari ini, Tagana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDP) Lhokseumawe dan Dinas Sosial Tenaga Kerja Lhokseumawe menyalurkan bantuan masa panik untuk korban kebakaran itu. “Kita salurkan baju daster, sarung, dan sembilan kebutuhan bahan pokok hari ini,” ujar Samsul singkat. (Kontributor Lhokseumawe, Masriadi)