Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Teman Karib Gus Dur Diminta Hadir ke Tebu Ireng Untuk Benahi NU

"Ane kesini karena diminta oleh Gus Dur, dia datang lewat mimpi yang ngundang gua untuk datang. Gus Dur bilang, Ji bantu gua betulin rumah gua karena

zoom-in Teman Karib Gus Dur Diminta Hadir ke Tebu Ireng Untuk Benahi NU
Kompas
Makam Gus Dur 

Sedangkan Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya.

Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam.

Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, Kyai Cholil. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As’ad Syamsul Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim.

Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.

Tebu Ireng bukanlah tempat sembarangan, kala itu.
Tempat tersebut daerah rawan yang dihuni para penjahat papan atas. Daerah penuh tipu-tipu, gudangnya maling, begal dan perampok.

Tentunya, juga dihuni para pelacur dan hiburan malam yang selalu hadir.

Tebu Ireng kala sebelum Mbah Hasyim datang, adalah lembah dosa yang tiada tandingnya.

Berita Rekomendasi

Bisa dibayangkan, betapa seramnya kala itu?.

Mbah Hasyim jelas membuat garis demarkasi yang cukup keras, antara pesantren dan komplek para penjahat.

Mbah Hasyim kala itu sudah sangat kaya raya, sawahnya seimbang luasnya dengan aset Pabrik Gula Cukir. Sawahnya terbentang dari Keras hingga Jombok(pernatasan Pare Kediri).

Dengan kekayaan sebesar itu, Mbah Hasyim tentu anti membuat proposal untuk biaya membangun Pondok dan Masjidnya.

Bahkan saking kayanya, Mbah Hasyim membangun gudang pangan untuk menyanggah kebutuhan hari-hari para santri Tebu Ireng, bukan dapur umum sumbangan pejabat dan pengusaha.

"Saya haqqul yaqin, hari-hari ini Mbah Hasyim dirundung kesedihan yang amat sangat.Pondasi peradaban Islam yang dibangun dengan darah dan air mata, sekarang sedang dikotori bahkan dirusak oleh murid-muridnya sendiri," keluh Masyamsul Huda.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas