'Carok Itu Buruk, Kenapa Dijadikan Kebanggaan'
Karena itu, wakapolda meminta mulai sekarang pola pikir yang mengarah ke perbuatan carok diubah
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, PAMEKASAN – Tradisi carok yang hingga kini masih terjadi di beberapa daerah di Madura, menarik perhatian Wakapolda Jatim, Brigjen Pol Eddy Hariyanto.
Untuk mengikis tindakan carok yang kerapkali menimbulkan korban jiwa itu, wakapolda meminta kepada seluruh elemen masyarakat Madura, menghentikan perbuatan buruk itu.
“Carok itu buruk, kenapa dijadikan kebanggaan. Itu sangat berlebihan. Sayang, kalau melukai seseorang. Kenapa tidak dialihkan ke hal yang positif ke arah olah raga saja,” kata Wakapolda Jatim.
Pernyataan ini diungkapkan wakapolda saat memberikan pengarahan kepada seluruh kapolsek jajaran Polres Pamekasan, Danramil, seluruh camat dan tiga pilar, di pendopo Ronggosukowati, Pamekasan, Selasa (24/8/2015).
Menurut orang nomor dua di jajaran kepolisian Jawa Timur ini, jika carok dialihkan kepada olah raga, pasti hasilnya bisa membawa nama baik kepada yang bersangkutan, keluarga, pemerintah daerah, karena berhasil di tingkat nasional maupun internasional.
Karena itu, wakapolda meminta mulai sekarang pola pikir yang mengarah ke perbuatan carok diubah. Sebab ditinjau dari sisi agama, perbuatan itu tidak boleh. Jangankan melukai dan membunuh orang lain, bunuh diri saja agama jelas melarang.
Dikatakan, untuk mengubah prilaku jelek ini, diperlukan kemauan keras bersama dan keterlibatan semua pihak. Termasuk peran serta tiga pilar dan pemerintah, sehingga bisa meminimalisir terjadinya gesekan antar warga.
Menurut wakapolda, kalau tidak segera dihentikan, lalu sampai kapan masalah carok ini selesai. Selalu dendam mendendam. Masalah emosi pasti ada pada setiap manusia, tapi bagaimana mengendalikan emosi itu.
“Untuk apa clurit itu bagi warga Madura, bukan untuk melukai seseorang kan. Jika pembuatan clurit kita larang, nanti kita salah. Mari kita berfikir bersama merubah hal-hal buruk, menjadi hal yang baik,” kata wakapolda.
Sementara Bupati Pamekasan, Akhmad Syafii, yang dimintai komentarnya mengatakan, budaya carok di Madura, khususnya di Pamekasan sudah berkurang dan hampir tidak ditemu.
Selama ini, sejak lahir sampai sekarang, ia belum pernah bertemu dan menjumpai warga yang carok. Namun karena imej ini sudah kadung melekat di luar dan ini menjadi tugas bagi masyarakat Madura untuk menghilangkan.
“Masalah carok pertejemahannya masih diperdebatkan. Apakah tidak sama dengan perkelahian di luar Madura, seperti tawuran massal, pembunuhan di kota, walau tidak mengatasnamakan carok,” kata Syafii. (Muchsin)