Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Cerita Lengkap Fransiskus Soal Jatuhnya Helikopter

"Pas digerakkan ke arah kanan, ternyata manuvernya terlalu jauh sehingga helikopternya pun kehilangan kendali dan jatuh," katanya.

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Ini Cerita Lengkap Fransiskus Soal Jatuhnya Helikopter
Tribun Medan / Royandi Hutasoit
Fransiskus Subihardayan dirawat di RSUD dr Handrianus, Samosir, Selasa (13/10/2015) malam. 

Laporan Wartawan Tribun-Medan/Royandi Hutasoit

TRIBUNNEWS.COM, SAMOSIR  -  Setelah dirawat selama beberapa jam di RSUD dr Handrianus, Samosir, korban selamat helikopter jatuh EC-150 milik PT PAS, Fransiskus Subihardayan, akhirnya dapat menceritakan kronologis kecelakaan, Selasa (13/10/2015) malam.

Fransiskus mengatakan, sebelum jatuh pilot yang membawa mereka ke Bandara Kualanamu dari Samosir memutuskan singgah ke Bandara Silangit, Siborong-borong, Tapanuli Utara, karena kondisi cuaca yang buruk.

Dikatakannya, di lokasi jatuh saat itu cuaca berkabut.

Pilot memutuskan untuk mendarat, tujuanya Bandara Silangit.

Sesuai peta, Bandara Silangit itu tinggi di kisaran 2.000 diatas permukaan air.

"Awalnya kami 1.500 di atas permukaan air dan masih terlihat kabut, akhirnya kami meninggikan hingga 500 meter lagi. Pas diketinggian 2.000 jarak pandang pun terkendala awan," kata warga Sleman ini.

Berita Rekomendasi

Pilot pun memutuskan untuk menghapus awannya dengan menggerakkan ekor helikopter ke kiri dan ke kanan.

"Pas digerakkan ke arah kanan, ternyata manuvernya terlalu jauh sehingga helikopternya pun kehilangan kendali dan jatuh," katanya.

Menurutnya, setelah kehilangan kendali atas helikopter, pilot Teguh Mulyanto memerintahkan semuanya melompat setelah enginer membuka pintu helikopternya.

"Setelah mau jatuh, enginer membuka pintu, dan pilot memerintahkan kami melompat. Karena saya mencari life-vest (pelampung), saya tidak langsung keluar. Tapi air semakin banyak di helikopter, saya pun langsung keluar tanpa mendapatkan life-vest," katanya.

Setelah keluar dari helikopter, mereka berlima masih bersama-sama berenang menuju kumpulan eceng gondok yang mereka kira adalah kapal.

Saat mereka berlima sudah di luar helikopter, ia melihat kumpulan eceng gondok.

Awalnya, mereka kira itu kapal dan berlima berenang kesana.

"Sesampai di eceng gondok tersebut, ternyata hanya tiga orang saja kami. Saya, paman saya, dan Sugianto. Yang dua lagi saya tidak tahu lagi dimana," katanya.

Setelah beberapa lama mengapung dengan menggunakan eceng gondok, paman Fransiskus, Nur Harianto yang merupakan pimpinan PT Penerbangan Alam Semesta, sudah tak nampak lagi.

"Setelah beberapa jam, paman saya hilang. Tinggal saya dan Sugianto yang masih ada. Cuma pagi-pagi di hari Seninnya dia sudah tidak tampak lagi," katanya.

Ia menuturkan bahwa dirinya bisa bertahan karena mengapung menggunakan eceng gondok.

"Aku menempelkan eceng gondok ke badanku. Karena berat, saya membuka sepatu, celana, dan baju, dan melilitkan eceng gondok ke tubuhku hingga ditemukan," katanya.

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas