Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Zaman Perang untuk Meracuni Musuh, Kini Umbi Beracun Ini Terpaksa Dimakan

Tumbuhan umbi beracun yang akrab dikenal dengan sebutan undo dimanfaatkan warga menjadi sumber pangan alternatif.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Di Zaman Perang untuk Meracuni Musuh, Kini Umbi Beracun Ini Terpaksa Dimakan
KOMPAS.com/ JUNAEDI
Umbi beracun yang akrab dikenal warga dengan sebutan undo atau sikapa dimanfaatkan warga sebagai sumber pangan alternatif di tengah kesulitan pangan akibat kemarau panjang. 

TRIBUNNEWS.COM, POLEWALI MANDAR - Akibat gagal panen karena kemarau panjang sejak empat bulan terakhir tak membuat warga pedesaan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, kehilangan cara mengatasi kekurangan pangan.

Tumbuhan umbi beracun yang akrab dikenal dengan sebutan undo dimanfaatkan warga menjadi sumber pangan alternatif.

Warga yang mengonsumsi umbi beracun ini berasal dari lingkungan Tirondo, Kelurahan Sulewatang, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar.

Mereka mengonsumsi undo yang tumbuh liar di tengah hutan karena mereka kekurangan beras akibat gagal panen.

Sementara tanaman perkebunan seperti kakao, duku dan rambutan yang selama ini ikut menopang sumber pendapatan warga, juga tak bisa diharapkan karena mati kekeringan.

Berbekal parang dan linggis, setiap hari warga mencari undo hingga ke pegunungan dengan berjalan kaki sejauh lima kilometer dari perkampungan mereka. Warga biasanya berangkat mulai pukul 7.00 dan pulang menjelang petang.

Konon dahulu di zaman perang kerajaan, umbi ini dipakai untuk meracuni ujung tombak dan anak panah. Senjata beracun ini digunakan untuk berperang melawan musuh.

Berita Rekomendasi

Nurdin (45), salah seorang warga Tirondo, mengatakan, mereka biasa beramai-ramai menjelajah hutan belantara dan mendaki gunung untuk mendapatkan undo yang subur.

"Lokasi pencariannya jauh sekali masuk hutan, Pak. Baru mendaki lagi, kadang juga kita jatuh terguling demi berburu undo secara berkelompok," tuturnya sambil tertawa.

Setelah mereka sampai di rumah, umbi yang mereka dapat dikupas, kemudian dicuci dan diparut.

Hasil parutan undo berbentuk pipih kemudian direndam di sungai selama 2 hari guna menghilangkan zat racunnya.

Tahap berikutnya umbi diangkat dari sungai dan direbus lagi selama berjam-jam. Setelah matang, irisan undo ini kemudian dijemur lagi.

Setelah kering, undo ini baru siap diolah menjadi makanan berbaga bentuk sesuai selera. Bisa diolah menjadi nasi atau nasi ketan yang disantap dengan parutan kelapa dan ikan atau gula aren.

Selain itu, makanan ini juga bisa diolah jadi makanan camilan seperti keripik manis, asin dan pedas.

Undo juga bisa diolah menjadi tepung sebagai bahan dasar aneka kue lezat seperti kue sawalla dan kue kukus lainnya.(Kontributor Polewali, Junaedi)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas