Hutan Lindung Sungai Wain Diduga Sengaja Dibakar
Berdasarkan data KWLH sejak 29 Agustus hingga 20 Oktober, kebakaran kawasan lindung sudah terjadi 36 kali.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Tanda panah pada papan indeks kebakaran lahan Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) dan DAS Manggar di komplek KWPLH, Karang Joang, Balikpapan Utara mengarah ke warna merah.
Papan tersebut menunjukkan ekstremnya kondisi kebakaran lahan di wilayah hutan lindung, Kamis (22/10/2015).
Hal itu dibenarkan Direktur Unit Pelaksana HLSW dan DAS Manggar, Soufian. Menurutnya kondisi kebakaran yang terjadi di hutan lindung tahun ini meningkat enam kali lipat dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan data KWLH sejak 29 Agustus hingga 20 Oktober, kebakaran kawasan lindung sudah terjadi 36 kali. Total luas lahan yang terbakar 246 hektare, terdiri dari HLSW 61,65 hektare, dan DAS Manggar 184 hektare.
"Titik api itu terjadi di kawasan hutan lindung, bukan di dalam inti hutan lindungnya. Tapi memang kondisi sekarang ekstrem, enam kali lipat lebih besar dari kejadian tahun lalu," ujar Soufian ditemui Tribun di kantornya Jl Soekarno-Hatta km 23, Karang Joang, Balikpapan Utara.
Kebakaran yang terjadi di kawasan HLSW, rata-rata menghanguskan lahan gambut dan semak belukar. Lokasinya terletak di Selok Bugis HLSW dan areal hutan kemasyarakatan. Sedangkan di DAS Manggar, api melahap semak belukar dan perkebunan.
"Jenis lahan yang terbakar di HLSW adalah tanaman makarangga dan semak belukar. Di DAS Manggar dominan lahan perkebunan seperti karet dan salak," katanya.
Soufian yakin, penyebab kebakaran di hutan lindung karena faktor kesengajaan manusia. Pasalnya wilayah hutan lindung Balikpapan berbatasan langsung dengan pemukiman warga. Namun hingga kini pihaknya belum menemukan bukti kebakaran dilakukan manusia.
Ia menilai, masyarakat memanfaatkan musim kemarau dengan membakar lahan guna ditanami tanaman perkebunan. Sayangnya, lahan yang kering turut mempercepat penyebaran api hingga merambah kawasan lindung.
"Saya kok yakin ya penyebab kebakaran itu 80 persen karena sengaja dibakar orang untuk buka lahan. Soalnya di kawasan lindung itu potensi terbakar karena alam dan batu bara justru sangat kecil. Pantauan kami titik api batu bara sudah tidak muncul. Tapi coba kita lihat di dalam, banyak kebun masyarakat seperti salak, karet, dan sawit. Kalau sudah dibakar, sangat cepat apinya meluas ke kawasan lindung," ungkapnya.
Akibat kebakaran yang terus-menerus di kawasan lindung, petugas telah siap siaga di beberapa titik yang sulit dijangkau. Soufian mengatakan anggota DAS Manggar sudah menginap 3 hari 3 malam di kawasan utara HLSW dekat Tempadung. Sekitar 22 orang disebar ke beberapa pos yang ada di buffer zone HLSW yang berbatasan dengan areal Inhutani.
Terkait penanganan kebakaran, Soufian mengatakan, petugas hanya dapat menggunakan cara manual, yakni membuat sekat bakar. Topografi hutan yang berbukit dan tanah berbatu membuat akses menuju lokasi hanya bisa ditempuh menggunakan motor trail. Selain itu, faktor kemarau juga turut mempengaruhi ketersediaan air di hutan.
Saat ini sungai-sungai kecil telah mengering, tak ada sumber air lain yang diandalkan sehingga pihaknya hanya membuat sekat bakar yang menurutnya sebagai cara menghalau penyebaran api. Namun ia tak menampik adanya sekat bakar menjadikan akses jalan lebih terbuka dan rawan disusupi orang-orang tak bertanggung jawab.
"Sebenarnya betul juga, adanya sekat bakar membuat akses semakin mudah dimasuki orang. Tapi mau gimana lagi, hanya itu caranya kami memadamkan api, artinya mengantisipasi lah. Konsekuensinya jelas, akses jalan menjadi mudah, sehingga petugas kami rajin berpatroli," ujar Soufian.