Sawah Kering, Petani OKU Alih Profesi, Mulai Tukang Ojek Hingga Menangkap Burung
Akibat lahan belum bisa digarap sebagian petani mengisi waktu dengan menjadi kuli bangunan, tukang ojek, mencari ikan, serta menangkap burung
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, MUARADUA - Sebagian petani disejumlah kecamatan di Kabupaten OKU Selatan, terpaksa beralih profesi dadakan selama musim kemarau.
Hal itu dikarenakan, lahan pertanian belum bisa digarap lantaran masih kekeringan.
Salah satunya di kecamatan Sindang Danau, akibat lahan belum bisa digarap sebagian petani mengisi waktu dengan menjadi kuli bangunan, tukang ojek, mencari ikan di sungai, serta menangkap burung.
Masrul (62), warga desa Ulu Danau ini, mengatakan jika musim kemarau membuat sejumlah petani tidak bisa
menggarap lahan. Saat ini, untuk mengisi waktu hingga lahan bisa digarap.
Ia lebih memilih mencari burung dengan menggunakan taup (perangkap burung tradisional _red).
"Daripada menganggur dirumah, gak ada aktifitas. Lebih baik baik cari burung, lagipula, menangkap burung dengan taup ini sangat mengasyikan," kata Masrul, dibincanggi, disela -sela saat meletakkan taup yang akan ia pasang, Sabtu (31/10/2015).
Dijelaskan dia, biasanya dalam satu harinya mencari burung dengan alat tersebut mempu mendapatkan 10 - 25 ekor burung.
"Kalau dengan menggunakan taup ini, yang didapat jenis burung perkutut dan titiran," kata nya.
Selanjutnya, burung yang ia dapat. Biasanya dijual dengan harga bervariasi mulai dari Rp 15000 - Rp 30000 per ekor.
"Harganya macam - macam, kalau ada yang mau beli kami jual. Kalau tidak ada , untuk peliharaan dirumah sendiri." katanya.
Ditambahkan dia, selain menangkap burung petani di daerah setempat juga banyak yang mengisi waktu menangkap ikan dengan jala dan jaring di sungai.
"Kalau masuk musim hujan, lahan sudah bisa digarap baru petani mulai semangat lagi untuk bekerja, dan meninggalkan profesi tersebut," ungkapnya. (Setia Budi)