Saksi Kunci Suap APBD Musi Banyuasin Harus Bersandiwara kepada Anaknya
"Di beberapa kesempatan persidangan lalu saya mengganti gaya. Saya memakai kacamata semata-mata untuk mengelabui Zaki," beber Irwan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Sumsel, M Syah Beni
TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Semua mata tertuju padanya, seakan tak ada tempat sembunyi dan hidup Ridwan berubah seketika penyidik KPK menjadikannya saksi kunci.
Iwan begitu ia disapa paling tahu ketika anggota DPRD Kabupaten Musi Banyuasin dicokok petugas KPK menerima suap yang disodorkan pejabat Pemkab Musi Banyuasin, sebagai uang panjar pemulusan pengesahan APBD Musi Banyuasin 2015 pada 19 Juni 2015.
Banyak orang salah menduga Iwan sebagai seorang pegawai negeri sipil di Pemkab Musi Banyuasin, padahal hanya sopir pribadi Bambang, bertanggung jawab membagi-bagikan uang suap Rp 2,65 miliar hasil urunan dinas-dinas di Pemkab Musi Banyuasin kepada 45 anggota DPRD lainnya.
Ketika semua orang memandangnya begitu sinis, Iwan harus pintar bersandiwara ketika kembali ke keluarganya yang sedikit banyak sudah mengetahui apa yang ia hadapi belakangan ini.
"Terutama saat sedang bersama Zaki (anaknya berusia delapan tahun dan duduk kelas tiga sekolah dasar), saya tidak mau dia sedih," cerita Iwan ditemui Tribun Sumsel, Kamis (5/11/2015).
Pikirannya begitu menguras tenaga Iwan karena kasus ini, orang nomor satu di Musi Banyuasin, Bupati Pahri Azhari dan istrinya, Lucianty, ikut terseret.
Lebih sering tanpa sadari melamun dan menyendiri. Diam-diam, Zaki meski masih kecil memperhatikan gelagat ayahnya yang tampak menanggung beban begitu berat.
Alih-alih ketahuan memiliki banyak masalah, Iwan berusaha selalu menunjukkan wajah bahagia saat kembali ke rumah. Ia tak ingin kehadirannya sebagai saksi di persidangan harus ditonton anaknya dari rumah.
"Di beberapa kesempatan persidangan lalu saya mengganti gaya. Saya memakai kacamata semata-mata untuk mengelabui Zaki," beber Irwan sambil menambahkan anaknya tetap tahu tapi tertawa melihat polahnya itu.
Ia senang melihat ayahnya seperti orang yang tidak ada masalah. "Dia bilang saya seperti Afgan," Iwan tertawa bercerita soal anaknya itu, tapi ia sadar tak selamanya terus bersandiwara di depan keluarganya.
Pelan-pelan ia mencari cara untuk menyusun masa depan keluarganya kelak. "Bisa saja kembali ke desa saya, tetapi adanya kasus ini membuat orang banyak benci pada saya," Iwan kembali mengeluh.
Harapan Iwan orang-orang yang mengenalnya dapat mengerti keadaannya, karena ia tak berniat menjerumuskan orang ke penjara. Apalagi anggota DPRD Musi Banyuasin sudah ia anggap bapak sendiri.
Sepahit apapun ia harus katakan di persidangan karena ia mengetahui tentang transaksi suap antara anggota DPRD dan pejabat Pemkab Musi Banyuasin.
"Keinginan saya sekarang agar kasus ini cepat selesai. Saya ingin kembali ke keluarga, kembali merasakan bahagia yang sebenarnya. Tidak pura-pura lagi," ucap Iwan lirih.