Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Muhammad Hadi

TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH  -  Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Prof Dr Samsul Rizal M.Eng memberi alasan kenapa sempat menunda memberi gelar doktor kehormatan atau Doktor Honoris Causa (Dr HC) kepada Jusuf Kalla yang seharusnya pada 2014.

Menurut Rektor Unsyiah, demi memelihara sikap dan kenetralan institusi perguruan tinggi, maka Universitas Syiah Kuala menunda pemberian Dr HC kepada Muhammad Jusuf Kalla saat itu.

"Karena beliau sedang mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi Jokowi," kata Rektor Unsyiah.

Ungkapan Rektor itu membuat JK terlihat tersenyum sejenak. Karena semula JK sangat serius mendengarkan pidato Rektor, termasuk ribuan para undangan.

"Saat ini menurut hemat kami adalah saat yang sangat tepat untuk mewujudkan keinginan kami ini (yang sempat tertunda-red). Karena bertepatan dengan peringatan 10 tahun penandatangan kesepakatan damai, MoU Helsinki," kata Rektor.

Rektor Unsyiah memuji peran Jusuf Kalla sebagai wakil presiden saat itu yang merupakan salah satu sosok yang ikut memprakarsai lahirnya MoU Helsinki.

Termasuk peran JK sebagai wapres bersama presiden SBY ketika Aceh dilanda bencana tsunami.

Keteguhan dari JK untuk tercapainya kedamaian di Aceh terus terlihat melalui dukungannya, baik moril maupun sprituil.

"Bahkan ketika upaya kedamaian ini sepertinya terhalangi oleh keinginan para pihak dengan pendirian masing-masing. Jusuf Kalla muncul sebagai pendorong utama upaya kesepakatan damai tetap diteruskan oleh para pihak yang berseberangan," ujar Rektor.

Alasan itu, kata Rektor, merupakan beberapa fakta yang mendasar bagi Unsyiah untuk menganugerahi Jusuf Kalla sebuah tanda kehormatan Dr HC bidang perdamaian dan kemanusiaan.

"Alasan dan pertimbangan yang sama pula yang melatarbelakangi penganugerahan gelar ini kepada Susilo Bambang Yudhoyono pada 19 September 2013 lalu," kata Rektor Unsyiah.